Ketika si Kecil (berhasil) Disapih

Waktu terus berjalan, kadang terasa begitu lambat, namun terkadang berlalu tanpa disadari. Masih ingat jelas suara tangisan pertama putri kecil saya ketika dilahirkan. Momen demi momen berlalu, terangkai menjadi kepingan-kepingan memori yang takkan mungkin dituliskan satu-persatu. Kini, putri saya, Clarissa (selanjutnya dipanggil Cla), menginjak usia 26 bulan (2,2 tahun). Sudah waktunya ia mengucapkan salam perpisahan pada ASI bundanya, "Mbee", begitu dia menyebutnya (mungkin bahasa bayi untuk mengatakan 'empeng').

Perlu diketahui, Cla hanya meminum ASI dan susu formula, tanpa pernah sekalipun kami berikan empeng/dot/pacifier kosong untuk dihisap, jadi jika saya menuliskan Mbee, itu berarti memberikan ASI. Kami memang sepakat untuk tidak pernah memberikan benda itu kepada Cla dengan alasan kami tidak ingin membohongi anak kami sendiri dengan berpura-pura memberikan susu atau mencoba menggantikan kenyamanan puting ibu. Namun demikian, saya juga tidak mengkritik metode parenting orang tua lain yang berbeda.

Untuk susu formula pun, Cla hanya meminum satu merek susu sejak lahir (N*trilon R*yal). Pernah kami mencoba dua kali merek yang berbeda (banyak yang bilang itu merek terbaik: Ch*l K*d, dan Fr*so), namun Cla tidak seantusias dibanding dengan susu kesukaannya, bahkan salah satu merek yang sesuai klaim produsennya diimpor langsung dari Belanda malah membuat Cla alergi, ditandai dengan ruam di tubuhnya.

Clarissa Astrid Sofia Friezcen minum susu


Sebenarnya rencana saya dan istri menyapih tepat di usianya yang ke-2 tahun. Metode pengalihan dan upaya mengurangi frekuensi Mbee pun telah kami lakukan, meski beberapa kali Cla harus rewel dan memberontak. Namun demikian, sepertinya masa lebaran tahun 2016 yang jatuh sebulan setelah Cla berusia dua tahun, menghambat rencana kami. Berhubung kami tak ingin Cla rewel selama masa mudik dan lebaran, jadi frekuensi Mbee tetap diberikan seperti biasa tanpa dikurangi. Akibatnya, si kecil mungkin merasa hari-hari pembatasan Mbee telah berakhir. Setelah momen lebaran dan masa mudik berakhir, mengingat perjalanan yang melelahkan setelah mudik dari Surabaya dan Medan, kami pun memberikan waktu sehari lagi bagi Cla untuk bebas menikmati Mbee—hanya satu hari. Setelahnya, perjuangan pun dimulai. Beberapa hari pertama merupakan 'teror' malam yang panjang penuh drama dan perjuangan.

Malam pertama, Cla tanpa henti menangis kencang dan berteriak-teriak meminta Mbee sebelum tidur. Saya sampai khawatir, tangisan dan teriakannya didengar oleh tetangga yang kemudian berpikir kami melakukan sesuatu yang buruk pada Cla. Berkali-kali saya dan istri menjelaskan perlahan dan penuh kelembutan bahwa usianya kini telah dua tahun, dan sudah saatnya berhenti Mbee, karena produksi ASI bunda semakin sedikit dan terasa sakit saat dihisap. Namun apapun alasan kami, Cla tetap tak bisa menerimanya dan menolak pemberian susu formula. Sesekali dia berhenti menangis saat mendengarkan saya bercerita tentang sapi yang bisa memproduksi susu dan lebah yang bisa memproduksi madu. Maklum, susu formula kesukaannya adalah susu rasa madu. Setelah saya selesai bercerita, Cla kembali meraung-raung meminta Mbee. Dan beberapa kali juga kami menjelaskan alasan kenapa dia harus berhenti Mbee. Setelah perjuangan keras selama lebih dari sejam, Clarissa melunak juga, mungkin akibat kelelahan dan merasa segala upaya yang dia buat tidak sanggup melelehkan hati kami. Akhirnya ia meminum juga susu formula rasa madu kesukaannya, dan meminta dielus di bagian punggung. Ia pun tertidur dalam dekapan lembut bundanya.

Saat terbangun dini hari, drama itu kembali terjadi. Namun dengan gigih pula namun penuh kelembutan kami tetap menolak memberikan ASI hingga ia kembali menyerah. Keesokan pagi, istri menemui tetangga sebelah rumah untuk menanyakan apakah mereka terganggu dengan tangisan dan teriakan Cla saat malam, dan menjelaskan bahwa semua keributan itu akibat kami sedang latihan menyapih Cla. Untungnya tetangga memahaminya. Malam-malam penuh drama ini terjadi hingga tiga hari, sebelum akhirnya Cla bisa menerima sepenuhnya bahwa masa-masa Mbee-nya telah berakhir.

Kini ia bisa tidur malam dengan 'hanya' minum susu formula rasa madu kesukaannya sambil didekap oleh bundanya, terkadang cukup dengan dinyanyikan lagu 'Nina Bobo' dengan lembut. Pun demikian saat terbangun di tengah malam atau dini hari, cukup dengan usapan lembut di punggung dan dekapan bunda, ia kembali tidur lelap. Kami sukses menyapih hanya dalam waktu tiga hari, tak sesulit seperti kebanyakan orang bilang atau kami baca di media.

Menurut saya ada empat hal yang menjadi kunci utama, adalah Konsistensi, Kelembutan, Kejujuran, dan Kerjasama. Berikut saya sampaikan tips menyapih berdasarkan pengalaman kami sebagai orang tua, tanpa bermaksud menggurui.

Clarissa Astrid Sofia Friezcen minum susu formula



Tips Menyapih


Kunci Utama Pertama: Konsistensi

  1. Sebelum memulai program, buatlah batas waktu terakhir untuk anak bisa disapih. Misalkan, dalam waktu sebulan. Sampaikan dengan lembut kepada anak bahwa bulan depan, ibu harus berhenti menyusui disertai alasannya. Ingat, sampaikan dengan lembut dan di waktu yang tepat, saat mood (suasana hati) anak sedang bagus. Konsistenlah dengan batas waktu ini;
  2. Secara kontinu dan konsisten, sampaikan terus menerus bahwa ibu harus berhenti menyusui beserta alasannya. Sampaikan saat Anda bermain dengan anak, sehingga anak tidak merasa ditolak atau kasih sayang ibunya berkurang. Penyampaian secara kontinu juga membuat anak bisa mempersiapkan diri dan tidak kaget saat disapih;
  3. Secara kontinu dan konsisten pula, cobalah untuk mengurangi frekuensi memberikan ASI pada anak. Misalnya jika anak terbiasa meminum ASI di siang hari, cobalah untuk menggantinya dengan susu formula kesukaannya. Namun jika anak bersikeras menolak, jangan paksakan memberikan susu formula. Ingat bahwa masih ada waktu untuk anak sebelum disapih. Namun demikian, tetap ingatkan bahwa masa-masa penyapihannya semakin dekat;
  4. Saat batas waktu terakhir itu tiba, konsistenlah dengan keputusan Anda. Hentikan kegiatan menyusui. Pengecualian hanya bisa diterapkan jika anak sakit.

Kunci Utama Kedua: Kelembutan

  1. Saat menyapih, ada kemungkinan anak akan merasa orang tuanya tidak sayang lagi kepadanya atau merasa ditolak. Oleh karena itu, apapun yang orang tua sampaikan kepada anak harus dengan kelembutan. Misal: saat menjelaskan kepada anak mengapa ibu harus berhenti menyusui, pastikan dengan suara lembut, akan lebih baik jika dilakukan dengan sentuhan-sentuhan sayang, seperti mengelus punggung atau rambut anak, mendekap anak, atau menepuk pantatnya;
  2. Jangan sesekali membentak anak meskipun orang tua merasa lelah dan terganggu oleh tangisan dan teriakan anak. Bentakan hanya akan membuat suasana semakin buruk, jikapun anak berhenti menangis, itu bukan karena dia paham, melainkan takut. Bentakan dan rasa takut hanya akan mengakibatkan efek psikologis yang buruk bagi anak.
Sebagai tambahan, istri saya tidak pernah marah sekalipun saat masa-masa menyapih Cla. Meskipun malam makin larut ataupun terbangun di tengah malam, ia tetap bersikap lembut karena tak ingin Cla merasa kasih sayang orang tuanya berkurang. Pun demikian dengan saya, meskipun merasa sangat mengantuk, namun sebisa mungkin ayah juga ikut menenangkan dan memberikan pelukan, ciuman, ataupun usapan sayang. Namun jujur saya akui, kredit saya berikan untuk istri yang memang menjadi lebih sabar saat menyapih dan sesudahnya. Salut!

Kunci Utama Ketiga: Kejujuran

  1. Sampaikan dengan lembut alasan ibu harus berhenti menyusui dengan jujur. Misal, anak telah berusia dua tahun, dan di masa itu, produksi ASI berkurang dan puting ibu terasa sakit saat dihisap. Sampaikan juga, jika anak memaksa menghisap, puting ibu bisa terluka dan membuat ibu kesakitan. Alasan ini juga mengajarkan anak untuk bersimpati pada orang lain. Atau mungkin alasan lain yang lebih kredibel, yang penting orang tua harus jujur.
  2. Jangan sesekali mengoleskan obat atau menutup puting ibu dengan plester untuk mencegah anak meminum ASI, karena hal ini hanya akan membuat anak merasa ditolak dan sakit hati. Anak akan merasa bahwa kasih sayang ibu berkurang kepadanya, atau bahkan ibu tidak sayang lagi. Kecuali tentu saja, puting ibu memang benar-benar luka;
  3. Jika anak berhasil disapih dan bisa melalui hari-harinya tanpa ASI, berikan pujian dan hadiah untuknya. Hal ini akan membuat anak merasa bangga dan dihargai pengorbanannya.

Kunci Utama Keempat: Kerjasama

  1. Menyapih anak tidak boleh hanya dilakukan oleh satu pihak, ibu atau ayah saja. Kedua orang tua harus bekerjasama. Biasanya di saat tidur, anak akan merasa lebih nyaman berada dekat dengan ibunya. Sehingga saat menyapih, anak cenderung rewel dan 'menyerang' ibunya. Di saat demikian, ayah bisa membantu menenangkan anak dengan bercerita atau mendongeng. Akan lebih baik jika tema cerita masih berhubungan dengan penyapihan. Misal, saya bercerita tentang sapi dan lebah yang bisa memproduksi susu dan madu, sehingga anak tak perlu khawatir tidak bisa lagi minum susu. Anak juga paham bahwa selain ASI, anak juga bisa meminum susu sapi atau bahkan susu kedelai.
  2. Di saat ibu terlalu lelah untuk bangkit di tengah malam saat anak terbangun, ayah juga harus membantu menenangkan anak dengan memeluk dan mengelus lembut punggung atau rambutnya, sehingga anak akan merasa kedua orang tuanya selalu ada untuk mendukung dan melindungi.

Tambahan Tips:

  1. Saat menyapih, usahakan untuk menyediakan susu formula kesukaan anak dari rasa dan merek yang sama. Jangan berganti susu di saat menyapih;
  2. Tawarkan anak untuk minum air putih saat terbangun di malam atau dini hari ketimbang susu formula. Menurut saya, air putih akan meringankan organ pencernaan saat tidur kembali. Keuntungan lainnya, orang tua tak perlu repot menyiapkan susu hangat. Namun demikian, jangan memaksa anak jika dia memang ingin minum susu ketimbang air putih.

Demikian sedikit cerita pengalaman dan tips dari saya. Semoga bermanfaat. Melalui tulisan ini, saya juga mendoakan semoga lancar untuk semua orang tua yang sedang menyapih anaknya, sukses dan sehat selalu sekeluarga. Aamiin! Sedikit renungan, keberhasilan menyapih anak seharusnya bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan, melainkan menjadi momen di mana kita kehilangan satu masa dalam kehidupan sebagai orang tua. Momen-momen saat Clarissa menyusui akan selalu saya rindukan, khususnya momen ketika Cla bertatap mata dengan bundanya saat menyusu. Tak ada kata-kata yang terlontar, namun pandangan mata satu sama lain mengungkapkan segala cinta di antara keduanya. Bagaimanapun, anak berhasil disapih, orang tua pun patut bersenang hati, khususnya ayah yang kembali bisa bermain dengan 'mainan' kesukaannya yang harus rela 'direbut' si kecil selama dua tahun. 

Clarissa Astrid Sofia Friezcen minum susu formula

Komentar

Postingan populer dari blog ini

27 Oktober: Hari Blogger Nasional

Cerita Liburan Long Weekend di Kota Bandung Bersama Keluarga

Seandainya Dahulu Saya ... (Sebuah Penyesalan)