Ulang Tahun Saya ke-30: Lagi, Sebuah Renungan Akan Kehidupan

Sewaktu kecil, saya mempunyai banyak keinginan dalam hal profesi jika tumbuh dewasa. Mulai dari polisi, tentara, pilot jet tempur, astronot, anggota tim SAR, hingga petugas pemadam kebakaran (hei, di mata anak-anak, membawa tabung di belakang punggung, mengenakan masker oksigen, sambil menyemprotkan air di kobaran api, terlihat super keren). Orangtua dan nenek juga selalu mencoba memotivasi untuk selalu belajar agar menjadi orang sukses. Pada masa saya kecil dulu, saya diajarkan bahwa presiden, dokter, insinyur atau arsitek sepertinya profesi yang menjanjikan, padahal saya sih masa bodoh aja. Artinya juga saya gak tahu. Entah kenapa, tapi dari sejak kecil saya memang menggemari pekerjaan yang memacu adrenalin. Lagipula profesi-profesi 'mulia' itu kini sudah banyak melenceng dari tujuan mulianya dan seringkali disalahgunakan.

Sabtu, 8 Juni 2013 lalu saya telah berusia 30 tahun. Profesi saya saat ini bukan dokter, tentara, pilot, apalagi polisi atau pemadam kebakaran. Kini saya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Keuangan R.I. Selama 30 tahun, pandangan saya mengenai kehidupan telah banyak berubah. Tak seperti saat kecil dulu, saya selalu membayangkan dunia berjalan dari mata keluguan saya: Selalu dekat dengan keluarga yang siap memberikan bantuan, teman-teman untuk bermain dan menggila bersama, duduk bersama saudara di depan televisi sambil bermain video game sepanjang hari, atau mendapat 'salam tempel' dari keluarga besar setiap momen lebaran. Nyatanya, sejak tahun 2001 lalu, saya tinggal sendiri di perantauan tanpa keluarga; teman-teman tumbuh dewasa dan memiliki pekerjaan serta tanggung jawab masing-masing, sebagian malah kehilangan kontak dan tanpa komunikasi. Terkadang saya masih bermain video game di rumah, namun kali ini tanpa saudara dan hanya sekedar membunuh rasa bosan dan menghabiskan waktu (kombinasi televisi dan konsol video game tercanggih-pun ternyata bisa membosankan). Namun 'salam tempel' tetap ada, bedanya kali ini saya tidak menerima tapi memberi. Dan, siapa yang mulanya menyangka bahwa saya yang dulunya pemalu, lugu dan imut, kini telah tumbuh menjadi penggemar musik metal, olahraga ekstrim, dan penggila kecepatan. Lagi-lagi, magnet adrenalin tetap menarik minat dan rasa keingintahuan saya.

Selama 30 tahun, saya mengalami banyak cerita kehidupan, dan semuanya kini menjadi pengalaman. Kehidupan tak melulu tentang kesenangan dan tawa, terkadang ada juga kehilangan, tangisan, dan penyesalan. Berbagai macam karakter pernah muncul dan dimainkan dalam kehidupan saya, seperti halnya saya menjadi sebuah karakter bagi kehidupan banyak orang. Selama kurun waktu tersebut, banyak hal berubah, termasuk kehidupan itu sendiri.

Pekerjaan saya sebagai PNS Kementerian Keuangan memaksa saya bersedia ditempatkan di wilayah manapun di seluruh Indonesia. Seperti yang saya tuliskan sebelumnya, kini saya telah 13 tahun merantau jauh dari keluarga. Konsekuensi yang harus saya terima adalah kehilangan banyak momen dan banyak hal yang tak bisa saya lewati bersama dengan keluarga. Saya tak ada saat nenek meninggal, saya tak ada saat paman meninggal, saya tak menghadiri acara pernikahan sepupu-sepupu, saya tak ada saat ulang tahun saudara-saudara, dan saya tak ada saat orang tua sakit. Mirisnya lagi, saya seperti pangling dengan keluarga sendiri: Ibu kini semakin menua dan fisiknya tidak sesegar dulu lagi (meski tetap cantik), badan ayah tidak sekekar dan sepadat dulu lagi, adik-adik saya bertambah besar dan si bungsu kini beranjak dewasa. Saya sendiri? Pandangan mata sudah diserang rabun jauh sejak bertahun-tahun lalu, tak mampu lagi berlari maraton sejauh 5 kilometer tanpa henti, tak mampu lagi bermain penuh waktu saat latihan sepak bola, dan tentunya metabolisme tubuh saya juga semakin melambat: Lemak dan kerutan kini mulai terlihat di bagian-bagian tubuh tertentu.

Semakin dewasa, kita semakin menyadari bahwa kita tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Kita menyadari bahwa kita tak harus sendirian saat kelelahan, saat kita terlalu letih untuk berdiri menghadapi dunia yang seakan melawan dan menekan kita, saat dinginnya malam serasa menusuk ke dalam tulang, atau saat kita hanya bisa meringkuk di balik selimut saat demam, dan tentunya saat gairah dan libido kita memuncak dan merasa birahi. Kita membutuhkan pasangan hidup: Seseorang yang akan selalu ada untuk mendukung kita dalam kondisi apa saja, seseorang yang bisa diajak berbagi, makan malam bersama, menggosok perut kita yang kembung saat kita di-knockout oleh angin malam, tidur bersama, dan bahkan seseorang yang selalu ada untuk sekedar kita nikmati senyumannya.

Tanggal 24 Maret 2013 lalu, saya akhirnya memutuskan untuk melepaskan masa lajang dan menikahi pasangan saya, Epi Friezta Dewi Hasibuan. Dia memang bukan pasangan yang pertama dalam kisah romansa kehidupan saya, tapi akhirnya hanya dia yang mampu menjinakkan saya dan mengubah total pandangan saya tentang kehidupan dan pernikahan. Dia mengajarkan saya untuk berbagi, bersabar, dan menghadapi banyak hal dengan senyuman. Intinya, dia mengingatkan saya akan begitu banyaknya hal menyenangkan di masa kecil dulu, saat semua hal terlihat begitu indah di mata kepolosan saya. Dia mampu menggantikan peran keluarga saya disaat saya jauh dari mereka.

Saya pernah berbagi pemikiran dengan sahabat-sahabat saya di Kota Medan tentang wanita tepat yang akan kami jadikan istri nantinya. Entah siapa yang pertama kali mengucapkannya tapi kami sepakat bahwa kami tak akan menyia-nyiakan seorang wanita yang apabila bersamanya: kami akan lebih banyak merasa bahagia, selalu merasa diterima, yang tidak mempedulikan betapa kelam dan liarnya masa lalu kami, seorang wanita yang hanya peduli tentang masa kini, dan memikirkan masa depan di mana selalu ada tempat untuk dijalani bersama-sama. Hingga kini, saya pikir pasangan saya adalah orang yang tepat. Alhamdulillah, kini dia menjadi istri saya. Saya cukup heran saat dia menerima saya sebagai pasangannya, apalagi menerima saya sebagai suaminya. Ya, seperti yang saya tuliskan sebelumnya, mungkin dia memang tidak peduli tentang masa lalu saya.

Di hari ultah saya ke-30, istri memberikan sebuah dompet Salvatore Ferragamo berwarna hitam, tepat seperti yang saya inginkan. Sahabat-sahabat dari Ninja Owners Club (NOC) Medan juga memberikan sebuah kejutan sederhana. Semua serba sederhana, bahkan tak ada lagi kue ulang tahun. Kado ulang tahun saat dewasa memang tak sebanyak saat kita kecil dulu. Begitulah pandangan kita saat kecil: semua dinilai dan dihitung dengan materi. Namun, semenjak dewasa, setelah melalui berbagai macam cerita kehidupan, saya semakin menyadari bahwa tak ada materi apapun yang bisa dijadikan kado yang lebih baik dari momen-momen kebersamaan dan cerita kehidupan yang masih saya jalani bersama dengan orang-orang terdekat. Tak ada yang lebih baik dari usia yang diberikan pada orang-orang terdekat saya yang hingga kini masih hidup dan berbagi cerita kehidupan bersama-sama. Tak ada yang lebih berharga daripada usia yang masih diberikan kepada saya untuk selalu ada bagi siapapun yang membutuhkan bantuan, karena tak ada manusia yang lebih berguna daripada mereka yang selalu bermanfaat bagi orang lain dan rakyat kecil. Tak ada yang lebih berharga dibandingkan kado terbaik dalam kehidupan saya saat ini: seorang istri -bidadari surga saya.

Dompet Salvatore Ferragamo
Dompet Salvatore Ferragamo hitam, kado ultah saya ke-30 dari istri tercinta

Semua profesi yang menjadi cita-cita saya semasa kecil memang tak ada satupun yang terwujud, tapi saya sama sekali tidak menyesal. Lagipula kini saya tidak tertarik lagi pada beberapa profesi impian saya semasa kecil. Hidup bukan hanya melulu tentang kesuksesan dalam meraih karir impian kita, masih ada hal-hal yang lebih penting ketimbang pekerjaan; salah satunya keluarga. Banyak orang lebih mengutamakan pekerjaan ketimbang keluarga, sehingga membuat rumah tangganya tak harmonis, labil dan terancam bubar. Saya hanya ingin menjadi pria yang bisa menyeimbangkan karir dan keluarga. Saya telah dan masih akan  menjalankan kewajiban saya sebagai PNS, sekarang apakah instansi saya bisa memberikan hak saya untuk dekat pada keluarga?

Pada akhirnya, orang-orang terdekat saya dan Anda masih akan memainkan peran di kehidupan saya, dan sebaliknya, saya masih akan memainkan peran sekali lagi di kehidupan mereka dan Anda, sebagaimana kehidupan yang terus berjalan dan berputar. Ingatlah untuk selalu menjaga orang-orang terdekat Anda, jangan menyia-nyiakan mereka, dan bersyukurlah bahwa Anda masih dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dengan Anda.


Selamat ulang tahun ke-30 untuk saya,

Arisandy Joan Hardiputra

Arisandy Joan Hardiputra

=====================================================

Baca juga blog saya tentang pernikahan dan ulang tahun di bawah ini:

Pernikahan Arisandy Joan Hardiputra, S.E. dan Epi Friezta Dewi Hasibuan, S.H.;

Perspektif Saya Tentang Pernikahan: Sebuah Renungan Tengah Malam;

Ulang Tahun Saya Dalam Angka.

Komentar

  1. Kebahagian bersama keluarga dan teman terdekat itu memang paling indah, materi hanya sebagai pendukung kebersamaan saja , btw selamat ulang tahun yang bang semoga sukses menjalin keluarga dan pekerjaan ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setubuh saya sama Bro Fadhly. Gak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan kebersamaan dengan orang-orang terdekat.
      Makasih ucapan & doanya.

      Hapus
  2. tapi PNS kan profesi yang udah jadi rebutan kali bang..
    salam kenal bang

    BalasHapus
  3. Coba liat di negara maju : Profesi di bidang pemerintahan bukanlah profesi yang paling dicari karena gajinya kecil, tantangan sedikit, dan hanya menyisakan sedikit peluang & kesempatan untuk mengembangkan potensi.

    Di Indonesia, saya gak tau sapa yang salah, apa pemerintah yang gagal atau rakyatnya yang bodoh, yang jelas lapangan pekerjaan relatif terbatas, image/pemikiran warganya yang menyukai segala hal yang serba instan & gampang, & sistem/peraturan yang timpang ditambah dengan manajemen yang korup menghasilkan pemikiran negatif bahwa PNS itu zona nyaman : Beban kerja relatif sedikit, santai, dan banyak 'uang masuk'.

    Ada juga anggapan : Daripada menganggur, lebih baik jadi PNS.

    Tapi, ini pemikiran pribadi saya lho.

    BalasHapus
  4. PNS aman di hari tua, kata orang. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hadeh, kalo itu saya rasa sih hanya masalah motivasi untuk menabung. Pilih aman atau pilih kaya?

      Hapus
  5. Happy Birthday..
    Alway good, alway health and longevity.

    BalasHapus

Posting Komentar

Setiap bentuk penyalinan (copying) blog ini harus menyertakan link/URL asli dari Blog CECEN CORE.

Postingan populer dari blog ini

Hours: Film Terakhir Paul Walker yang Menginspirasi Ayah; Sebuah Resensi

Cerita Liburan Long Weekend di Kota Bandung Bersama Keluarga

Pengalaman Liburan ke Ancol dan Menginap di Discovery Hotel and Convention