Multiple Personality Disorder / Alter Ego: Sebuah Anugerah Atau Kutukan Neurosis?

Mungkin sebagian dari Anda masih asing mendengar istilah 'Multiple Personality Disorder (MPD)' dan lebih akrab dengan istilah 'Alter Ego'. MPD mempunyai nama lain Dissociative Identity Disorder (DID) atau kepribadian majemuk. Setelah mencari berbagai referensi di dunia maya, saya akhirnya menemukan artikel menarik mengenai 'keunikan' -atau Anda lebih suka menyebutnya kelainan/penyakit- tentang karakter manusia ini yang sampai sekarang masih menjadi kontroversi karena ternyata kemajuan teknologi dan ilmu medis modern pun belum bisa menjelaskan secara rinci mengenai fenomena langka ini. Ya, teori ilmiah yang digunakan untuk mempelajari dan menjelaskan 'penyakit' ini berbenturan dengan fakta yang berada di luar jangkauan logika/akal sehat manusia.

Apakah yang dimaksud dengan MPD / DID / alter ego itu sendiri?

Laman Wikipedia mendefinisikan DID sebagai:
a psychiatric diagnosis and describes a condition in which a person displays multiple distinct identities or personalities (known as alter egos or alters), each with its own pattern of perceiving and interacting with the environment.
Atau versi Indonesia-nya:
Merupakan suatu keadaan dimana kepribadian individu terpecah sehingga muncul kepribadian yang lain. Kepribadian itu biasanya merupakan ekspresi dari kepribadian lain (alter ego) yang muncul karena pribadi utama tidak dapat mewujudkan hal yang ingin dilakukannya. Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa ada satu orang yang memiliki pribadi lebih dari satu atau memiliki dua atau lebih pribadi sekaligus. Kadang si 'penderita' tidak mengetahui bahwa ia memiliki kepribadian ganda/majemuk, kepribadian-kepribadian yang ada dalam satu tubuh ini terkadang juga tidak saling mengenal, dan lebih parah lagi terkadang masing-masing pribadi ini saling bertolak belakang sifatnya.
Dari definisi diatas, juga disebutkan bahwa kepribadian utama dan alter ego memiliki cara atau karakternya masing-masing untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, alter ego juga muncul karena pribadi utama dianggapnya tidak mampu mewujudkan keinginannya. Hal ini bisa muncul akibat trauma masa lalu yang disebabkan oleh orang-orang yang dianggap memiliki 'kekuasaan' atas subjek, misalnya seperti orang tua atau pengasuh anak. Terkadang tanpa disadari, pola asuh atau didikan orang tua dianggap terlalu mengekang, terlalu keras, menyakiti secara fisik dan/atau mental, atau terlalu memaksakan kehendak kepada si anak. Dalam kasus seperti ini, sebenarnya si anak ingin memberontak karena sebenarnya cara didikan atau keinginan orang tua/pengasuh tidak bisa diterima olehnya atau tidak sesuai dengan keinginannya. Tetapi akhirnya si anak hanya memendam sendiri uneg-unegnya akibat tidak memiliki kuasa atas otorisasi orang tua atau pengasuhnya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan semacam perang batin dalam hati si anak. Di satu sisi dia merasa terkekang namun tak punya kuasa untuk melepaskan jerat perintah orang tua/pengasuhnya. Di sisi lain, dia berusaha mengalihkan rasa kekecewaannya dalam bentuk lain, seperti misalnya bertindak negatif saat berada di luar pengawasan orang tua/pengasuhnya. Dia terjerumus dalam lingkungan pergaulan yang dirasakannya mampu memenuhi keinginannya akan perhatian dan aktualisasi diri. Bagaimana jika si anak tidak mampu mengekspresikan perasaan terkekangnya dan terlalu takut untuk mengekspresikan diri di luar lingkungannya? Inilah salah satu pemicu munculnya alter ego atau kepribadian lain. Secara garis besar, MPD bisa ditimbulkan akibat persepsi salah yang diterima oleh subjek sebagai akibat dari pembelajaran hidup yang diterimanya dengan fakta yang terjadi selama kehidupannya (terlebih di saat masa kecil). Orang tua selalu mengajarkan tentang kasih sayang dan kelembutan terhadap sesama, namun tanpa disadari mereka memperlakukan buah hatinya dengan kekerasan. Ingatlah bahwa anak belajar dari lingkungan terdekatnya, dalam hal ini keluarga dengan orang tua sebagai media terbesar. 

Dalam beberapa kasus, kepribadian utama akan merasa seperti lupa waktu atau mengalami amnesia ringan disaat dirinya sadar dan 'terbangun' dari 'tidurnya'. Selama masa 'tidur' tersebut, alter ego-lah yang mengambil alih raga dan otaknya. Alter ego mengendalikan setiap perbuatan dan perkataan dari inang/induknya. Yang perlu digarisbawahi adalah, kepribadian utama dan alter ego tidak bisa disamakan karena memang keduanya saling bertentangan dan berbeda, mereka hanya menempati satu raga/tubuh yang sama. Para peneliti menemukan fakta bahwa para penderita MPD akan bertindak dengan cara yang berlainan. Perbedaan ini bukan sekedar peralihan mood biasa tapi benar-benar perubahan signifikan atau bahkan berlawanan total. Jika biasanya kepribadian utama memiliki karakter yang lembut dan periang, bisa saja berubah menjadi agresif dan tak terkendali. Sekali lagi, hal ini biasanya terjadi tanpa disadari oleh subjek. Terdengar tidak masuk akal bagi Anda? Memang begitulah rumitnya 'penyakit' satu ini, seperti yang saya tuliskan di atas, teori ilmiah yang digunakan untuk mempelajari dan menjelaskan 'penyakit' ini berbenturan dengan fakta yang berada di luar jangkauan logika/akal sehat manusia. Tapi faktanya, 'penyakit' ini memang ada, bahkan hampir setiap kita pernah merasakan gejala MPD ringan. Ya, pasti pernah ada suatu saat dimana kita merasakan 'perang batin' untuk menentukan sebuah pilihan. Gejala ini mirip dengan penyakit Skizofrenia, namun MPD sendiri adalah sebutan untuk gejala munculnya alter ego yang cenderung dominan dan munculnya alter ego menimbulkan amnesia (hilang ingatan, karena 'penderita' merasa kehilangan waktu).

MPD berbeda dengan skizofrenia, walaupun pada beberapa kasus yang sangat langka, MPD muncul disebabkan subjek telah terlebih dulu menderita skizofrenia. Skizofrenia sendiri didefinisikan sebagai salah bentuk kelainan psikis paling lazim atau sering dijumpai, yaitu gangguan pada otak yang menyebabkan subjek mengalami gangguan afeksi (perasaan/emosi), labil, cenderung menjadi pribadi yang introvert/tertutup, dan mengalami delusi (keyakinan yang salah), serta halusinasi (khayalan/fantasi yang seakan menjadi nyata). Para penderita skizofrenia mempunyai gejala seperti mereka mendengar suara-suara dalam kepala mereka. Suara ini terdengar nyata dan tidak akan mampu didengar oleh orang normal. Mungkin dilihat dari segi medis maupun psikiatris, skizofrenia dan MPD adalah jawaban dari beberapa isu tentang gangguan makhluk halus yang sering digaungkan oleh masyarakat awam. Mungkin juga skizofrenia-lah yang bertanggungjawab terhadap hampir semua kasus kriminalitas -biasanya bunuh diri, penganiayaan, atau pembunuhan- dimana para pelakunya merasa mendapatkan bisikan-bisikan yang dipercaya berasal dari makhluk halus. Terdengar klise? Mungkin tidak lagi setelah saya paparkan fakta bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh American Psychiatric Association (APA) tahun 1995, sebanyak 1% dari populasi penduduk dunia mengidap skizofrenia. Di Indonesia, sekitar 1-2% penduduknya menderita skizofrenia. Skizofrenia juga bertanggungjawab terhadap 70% dari total jumlah pasien yang dirawat di bagian psikiatri. Skizofrenia lebih rentan menyerang masyarakat yang hidup di daerah perkotaan/urban dan/atau mereka yang masuk kategori tingkat ekonomi rendah. Kisah penderita skizofrenia yang paling fenomenal adalah si 'jenius' John Nash -pakar rumus matematika dan ekonomi- yang dianugerahi hadiah nobel. Kisah nyata John Nash diangkat ke dalam sebuah buku berjudul A Beautiful Mind karya Sylvia Nasar. Kisah ini juga diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Peran John Nash dibawakan oleh aktor asal Australia, Russel Crowe.

Dari berbagai macam referensi yang saya baca mengenai MPD, 'penyakit' ini tidak digolongkan kedalam gangguan psikis, melainkan neurosis (terdapat syaraf-syaraf di otak yang bekerja 'tidak sebagaimana mestinya'). Para 'penderita' MPD bukanlah orang gila (penderita gangguan psikis). Ada perbedaan mendasar antara gangguan psikis dengan neurosis. Orang gila tahu apa itu rasa sakit, sedangkan orang dengan 'kerusakan' syaraf otak mampu mengendalikan syaraf (termasuk hormon, bahkan tulang dan persendian) dalam tubuhnya dan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Para 'penderita' MPD seperti memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang normal. Kelebihan para 'penderita' MPD ini berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Ada yang mampu mengendalikan adrenalin, aliran darah, persendian, atau yang lain. Namun hal ini mereka lakukan tanpa sadar. Mereka memiliki kekuatan melebihi manusia normal, mereka mampu berlari lebih cepat, lebih cerdas, regenerasi dan metabolisme sel lebih cepat (cepat sembuh dari luka), berkeringat lebih banyak, lebih cepat lapar dan haus, dan berbagai hal lain. Namun yang perlu digarisbawahi adalah, hal ini bersifat relatif. 'Kelebihan' yang dimiliki para 'penderita' adalah berlainan antara yang satu dengan lainnya.

Kasus MPD yang paling terkenal dan menghebohkan adalah kasus Sybil, seorang wanita di Amerika yang memiliki 16 kepribadian. Kisahnya ditulis dalam sebuah buku dan diangkat menjadi sebuah film di era tahun 70-an. Kasus yang lebih menghebohkan adalah seorang pria bernama William Stanley Milligan atau lebih dikenal dengan nama 'Billy' Milligan yang memiliki 24 kepribadian. Salah satu alter ego-nya digambarkan sebagai seorang wanita lesbian bernama Adalana yang kemudian memperkosa tiga orang wanita. Peristiwa inilah yang kemudian menyeret Billy ke pengadilan. Hal yang unik adalah, Billy akhirnya diputuskan tidak bersalah oleh pengadilan karena dianggap tidak waras dan terbukti jujur. Pengadilan memutuskan Billy tidak bersalah dengan alasan tidak waras. Billy kemudian menjalani berbagai macam perawatan dan terapi di rumah sakit jiwa di bawah pengawasan ketat para ahli kejiwaan. Billy Milligan adalah orang pertama dalam sejarah hukum Amerika Serikat yang diputuskan tidak bersalah oleh pengadilan karena dianggap tidak waras. Kasus Billy ini membuka berbagai macam pemikiran baru tentang sistem hukum dan perundang-undangan di Amerika Serikat karena mendapat sorotan dari berbagai macam media massa. Kasus Billy juga membuka pemahaman baru terhadap ilmu kejiwaan. Dalam suatu tes kejujuran dengan menggunakan alat pendeteksi gelombang otak (Electroenchepalograph -EEG), ditemukan hasil tes yang berbeda-beda pada setiap alter ego Billy. Ketika pertama kali melakukan tes EEG, semula teknisi menduga ada kesalahan teknis atau hubungan pendek yang menyebabkan EEG salah dalam membaca gelombang otak. Belakangan baru diketahui bahwa sebenarnya EEG telah membaca gelombang otak alter ego Billy. Kisah Billy juga ditulis menjadi sebuah buku berjudul The Minds Of Billy Milligan yang ditulis oleh Daniel Keyes. Buku ini mengubah drastis wajah dunia psikologis pada saat itu. Buku ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul 24 Wajah Billy. 24 kepribadian Billy Milligan juga dijadikan tema sebuah lukisan.

Berikut adalah beberapa ciri dan gejala orang dengan gangguan MPD:

  1. Adanya tindakan, tingkah laku atau keyakinan yang bermacam-macam, masing-masing tidak sama dan cenderung berlawanan;
  2. Sakit kepala atau merasakan sakit di sekujur tubuh atau bagian tubuh lain tanpa bisa dijelaskan asalnya (menurut pengalaman saya, seluruh badan terasa sangat sakit dan pegal yang luar biasa setelah alter ego mengambil alih fisik atau pikiran. Mata saya juga jadi lebih sensitif terhadap cahaya untuk beberapa saat);
  3. Lupa waktu. Dalam artian, subjek tidak menyadari waktu berjalan karena tidak ingat apa yang dia lakukan. Hal ini karena subjek 'tertidur' saat karakter dirinya yang lain mengendalikan tubuhnya (kadang terjadi saat saya menerima telefon atau mengobrol dengan seseorang dan membuat janji. Namun saya baru sadar telah mengobrol atau membuat janji dengan orang tersebut saat dia sudah mulai menagih janjinya atau menanyakan kembali tentang obrolan kami. Akhirnya, saya mengingatkan kepada orang-orang dekat saya untuk tidak membuat janji apapun melalui telefon saat posisi saya sedang bad mood atau mengantuk). Alter Ego semakin mudah menguasai raga saat kondisi pribadi utama sedang menurun. Itu sebabnya saya semakin sering kehilangan waktu saat tertidur di malam hari. Saat bangun di pagi hari kadang saya merasa lelah dan mengantuk luar biasa, seperti belum tidur atau begadang semalaman;
  4. Lupa diri, tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya (dalam pengalaman lain, ketika bangun tidur di pagi hari, terkadang saya menemukan ada lebam dan memar, atau lecet di beberapa bagian tubuh tanpa saya ketahui penyebabnya. Terkadang saya juga terbangun dari tidur di tempat lain, bukan di tempat tidur awal);
  5. Tidak tahu apa yang baru saja terjadi di sekitarnya. Kemungkinan karena dia terlalu asyik dengan dunianya sendiri;
  6. Amnesia/hilang ingatan sesaat. Dalam kasus MPD akut seperti yang dialami Sybil dan Billy Milligan, amnesia yang diderita bisa dalam jangka panjang (bertahun-tahun);
  7. Depresi;
  8. Teringat akan kenangan/kekerasan masa lalu yang menimbulkan trauma. Bisa jadi sakit hati;
  9. Tiba-tiba marah tanpa alasan yang jelas (kemungkinan alter ego marah dengan pribadi utama karena dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah atau mungkin sebaliknya, pribadi utama marah dengan alter ego yang mencoba bertindak negatif atau mengendalikannya);
  10. Sering merasa cemas atau panik;
  11. Muncul phobia yang tak bisa dijelaskan (kemungkinan pribadi utama merasa cemas apabila alter ego bertindak atau merusuh di depan orang banyak, atau alter ego akan mencoba menyakiti orang-orang terdekatnya);
  12. Terjadi perang batin dalam diri subjek. Terkadang hal ini membuat subjek susah mengambil keputusan atau plin-plan;
  13. Menjadi paranoid.
Menurut catatan medis, MPD bisa disembuhkan walau memerlukan waktu yang cukup lama (bisa bertahun-tahun) melalui terapi atau hipnotis. Tapi bagi saya, peran orang-orang terdekat (keluarga, pasangan, sahabat) bisa memberikan pengaruh besar. Pribadi utama akan merasa nyaman apabila mendapat perhatian dari orang-orang terdekatnya. Ini sih menurut pengalaman pribadi saya.

Pertanyaannya sekarang, kenapa saya menulis blog tentang MPD? Saya hanya ingin berbagi pengalaman. Mungkin tautan berikut ini bisa menjadi alasan:


Bagaimanapun juga, sekali lagi peran orang terdekat sangat berpengaruh. Apapun penilaian Anda terhadap para 'penderita' MPD, ingatlah bahwa mereka juga manusia dan mereka membutuhkan pertolongan dan/atau perhatian, mengingat fakta bahwa penyebab MPD sebagian besar lebih dikarenakan trauma fisik dan mental akibat kekerasan atau penganiayaan di masa lalu. Mereka adalah korban. Penerimaan adalah langkah awal untuk menyembuhkan 'penyakit' ini, sebaliknya penyangkalan malah akan memperburuk kondisi 'penderita'. Segala bentuk tindakan kasar, bentakan, makian, atau bahkan pengucilan (dalam kondisi ekstrim malah mungkin terjadi pemasungan) akan semakin membuat 'penderita' semakin depresi dan mendorong alter ego bertindak agresif untuk mempertahankan diri (Menurut Dr. Cornelia Wilbur -psikiatris mentor yang merawat Sybil dan membantu penanganan kasus Billy Milligan, alter ego merupakan sistem pertahanan yang sangat kuat terhadap gangguan-gangguan yang bisa mengancam pribadi utama. Secara tidak langsung, segala bentuk ancaman terhadap kepribadian utama juga merupakan ancaman terhadap eksistensi alter ego itu sendiri. Walaupun dengan semakin dominannya alter ego, akan memperburuk kondisi 'penderita'). Untuk menghindari MPD, perlu dibangun hubungan komunikasi yang positif antara orang tua dengan anak sedini mungkin. Bagaimanapun, orang tua merupakan filtrasi awal terhadap perkembangan anak dan memberikan pengaruh terbesar.


Salam hangat,  

GEMINI : Angel & Devil
















Sumber :





pengalaman pribadi;
  
Beberapa buku mengenai MPD yang saya rekomendasikan sebagai bacaan wajib bagi Anda yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kepribadian majemuk :

  1. 24 Wajah Billy, karya Daniel Keyes;
  2. Sybil : Kisah Nyata Seorang Gadis Dengan 16 Kepribadian, karya Flora Rheta Schreiber;
  3. Menyingkap Karen : Kisah Menggugah Seorang Wanita dengan 17 Kepribadian, karya Richard Baer;
  4. Sally : Cinta dalam Kegilaan Anakku (Perjuangan Kasih Seorang Ayah dengan Anak Bipolar), karya Michael Greenberg;
  5. The Fifth Sally : Sally Dan Empat Teman Rahasia, karya Daniel Keyes;
  6. The Asylum Prophecies : Ramalan Rumah Sakit Jiwa, karya Daniel Keyes;
  7. A Beautiful Mind : Kisah Hidup Seorang Genius Penderita Sakit Jiwa Yang Meraih Hadiah Nobel, karya Sylvia Nasar;
  8. Aku Menderita Skizofrenia, karya Juliarti Dewi.

Komentar

  1. Epi Friezta Dewi Hsb13 Juli 2011 pukul 20.02

    kalo menurut dek MPD itu bukan penyakit tapi lebih asik kalo di sebut dengan
    'unik/aneh'.haha... knapa?karena hal itu buat org jadi penasaran,sm kyk adek yang penasaran gmn cara menaklukkan sesuatu yang 'unik/aneh' itu agar wktu kepribadian yang satunya keluar bisa mengatasinya dgn baik.hehe...!!!orang 'unik' juga harus di perlakukan dengan penuh cinta,kelembutan,karena jika di lihat dari penjelasan di atas penyebabnya bisa karena didikan orang tua,trauma,atau kenangan masa lalu..jd sbgai org terdekat sudah sharusnya untuk memberi motivasi dan smangat.So,tetap lah menjadi pribadi mas yang baik dan rendah hati...karena mas tetap lah ARISANDY JOAN HARDIPUTRA.

    BalasHapus
  2. @ Epi Friezta Dewi :
    Ya mungkin bagi orang-orang di sekitar subjek 'penderita' MPD, itu jadi sebuah keunikan atau keanehan. Tapi sebenarnya bagi subjek sendiri, itu lebih mirip sebuah siksaan saat alter ego mulai meninggalkan kepribadian utama. Seluruh badan rasanya sakit & lemas, mata pedih, dan berasa kyk org bego.
    Kalo buat mas sih, secara pribadi mas gak begitu mempermasalahkan soal MPD, makanya mas selalu pake koma atas (') kalo menyebut 'penderita'. Gak semua penderita MPD itu mau menyebutnya penyakit. Beberapa malah mau berkompromi. Lagipula alter ego yg mas punya juga kadang berguna untuk hal2 tertentu. Jadi, tergantung subjeknya, apa dia mau menerima kehadiran alter ego atau gak.
    Di luar itu, mas jg makasih bgt buat Adek yg udah ngertiin kondisi mas & sabar ngadepin 'kembaran' mas. Pokoke Dek terapis nomor satu-lah! Hoho...!!! Mooach...!!!

    BalasHapus
  3. koyo'e aq familiar karo kata2 iki "multiple personality disorder" heheheh :D

    BalasHapus
  4. @ERROReapper : Hehe, selamat mempelajari MPD.

    BalasHapus
  5. ciri2 MPD saya mengalaminya. sebenarnya dalam minggu ini uda ada rencana ke psikiater. minggu lalu uda ke dokter umum dan psikolog dan mereka menyarankan ke psikiater. tapi saya agak sibuk. awalnya krn gangguan psikomoatis, tapi sayapun punya halusinasi dan saya menyadari betul klo punya halusinasi,2 hari lalu bahkan saya gak tau saya tidur ato tidak, saya gak ingat kapan tidur kapan bangun tiba-tiba lihat jendela sudah pagi, sblumnya juga pernah bgun bdan udah lecet2 dan sering lupa sedang ngapain
    saya kira c cuma lagi kaco saja pikiran jd super pelupa

    BalasHapus
    Balasan
    1. 'Halusinasi' & amnesia bisa jadi merupakan ciri-ciri MPD/DID. Kenapa saya pake tanda koma atas (') di atas kata 'Halusinasi'? Karena biasanya seorang 'penderita' DID mengira dia berhalusinasi, padahal sebenarnya tidak. Artinya apa? Ada sebagian dari kepingan pribadi utama yang sadar saat alter ego mengambil alih raga & fikiran induknya.
      Kalo boleh tau, usia Anda berapa? Biasanya terapi atau hipnoterapi (psikoanalisis) memerlukan waktu yang relatif lama. Jadi kalo usia Anda sudah masuk 20-an tahun, mungkin sedikit terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
      Yang terpenting adalah, Anda harus menerima kondisi Anda, jujur pada diri sendiri & orang lain, termasuk pastikan Anda berada di lingkungan orang-orang dekat yang memahami kondisi Anda!
      Semoga sukses, Bro!

      Hapus
  6. usia saya 20. anda sendiri sudah pernah keterapis?
    saya sendiri sebenarnya kadang bicara dengan bagian diri saya yang lain, dia meski saya mungkin tau sbnrnya cuma ciptaan saya dan bagian dari diri saya tapi bagaimana cerdas bijak dan independenya dia berpikir agak mengherankan diri saya. dia banyak membantu saya, ketika saya dalam keadaan sulit atau mulai muncul delusi dia bilang saya harus tenang, tidak akan ada yang terjadi, saya akan baik2 saja. dia juga bilang akan jaga saya
    dia juga mengajarkan saya tentang penerimaan diri seperti ketika saya bertanya padanya knp wujudnya mirip saya dia blng "karena aku suka tampak seperti ini, kamu juga harus suka pada dirimu sendiri" dan lgi kata2 bgus dri dia "kenangan buruk itu hanya sedikit bagian dari hidupmu, ada lebih banyak kenangan indah yang kamu punya. knp kamu tidak melupakan kenangan buruk itu dan memenuhinya dengan kenangan baik yang kamu punya" sejak saat itu saya sendiri jd gak yakin apa yang saya ingat dulu bnr2 terjadi atau tidak, atau cuma ciptaan saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sih belum pernah ke psikiater karena saya baru menyadari gejala ini menjelang akhir usia 20-an. Sejak saat itu saya mempelajari sendiri dr berbagai referensi yg ada, terutama buku2 kisah nyata. Tapi ada beberapa kenalan & orang2 yg bergelut di bidang psikiatri yg mengatakan kalo saya memang punya gejala MPD setelah mereka mendengar tentang saya.
      Saya 'alergi' dgn ilmu medis & psikis, saya percaya terapi paling mujarab adalah dengan membagi waktu, perhatian, & kasih sayang dgn org2 dekat yg memahami kondisi saya.
      Oh ya, Anda beruntung punya alter ego yg sifatnya positif, kalo Mania/Alter ego saya... Wuih, kebalikan dr milik Anda.

      Hapus
  7. saya sekarang kuliah di psikologi (kampus ke tiga saya)saya senang mempelajari banyak hal sbnrnya, lebih suka menelaahnya dari ilmu medis dan psikologi yah mungkin kita gak bisa menduga2 MPD atau tidak (yang jelas saya gak ahli). logika saya jalan tapi halusinasi delusi saya juga kuat, terkadang hari2 dalam kehidupan saya begitu kacau,kadang saya kira ini hanya saya yang terlalu byk berpikir, terlalu imagenatif, penipu sejati. oh iya saya add fb anda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi maksudnya Anda pikir Anda seorang pengidap DID?

      Terima kasih sudah membaca blog saya dan mengirimkan permintaan pertemanan Anda di FB saya.

      Hapus
  8. umur saya 23thn,, waktu sd saya pernah melukai dgn menyilet teman lelaki yg mengganggu saya.. darah mengucur keluar , semua panik tp saya malh senang melihat nya dan tak merasa bersalah,, ttp sebenarnya saya plg takut menyakiti orang,, menyinggung pun tak berani,,setelah itu saya pergi kekamar mandi dan menangis disana,, saat smp dan sma juga terulang,, dan setelah puas menyakiti saya akan ganti menyakiti diri sendiri,, saat ini saya plg takut melihat cermin d malam hari, krn saya seperti meliat 'dia' yg marah,, saya tkt kelepasan dan berakhir menyakiti diri,, tp saya jg sering curhat sambil melihat dia d cermin.. apa ini jg alterego?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow, kayaknya penyaluran emosinya lebih ke arah sadistik ya?!
      Saya sih gak bisa mutuskan apa Mbak Ayu nih 'menderita' DID atau tidak (maaf ya saya panggil 'Mbak' karena nama Anda feminin banget, semoga saya gak salah). Tapi mungkin Mbak Ayu nih menderita depresi.
      Kalo soal emosi atau suasana hati sendiri gimana? Suka berganti2 mood dengan drastis? Sering berinteraksi dengan diri sendiri/berimajinasi (bukan melamun)? Kalo jawabannya 'Ya', kemungkinan Mbak Ayu penderita bipolar (mania-depresi).
      Kalo disertai dengan bisikan2, mungkin Skizofrenia.
      Saya sarankan untuk memastikannya dengan konsultasi ke psikolog atau psikiater.
      Tapi saran saya, untuk ngilangin depresi, Mbak Ayu coba untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan orang tersayang (tentunya yang juga peduli dengan Mbak Ayu), bagaimanapun juga itu solusi paling efektif : Menerima kekurangan diri sambil mencoba memperbaikinya) & merasakan kenyamanan berada di dekat orang2 tersayang. Kalo suatu saat serangan mania datang, coba untuk berbagi kebahagiaan dengan orang2 tersayang.
      Lalu seandainya emosi sedang memuncak, coba melampiaskan ke hal lain selain menyakiti diri sendiri atau orang lain; misal : berteriak di bawah bantal atau di lapangan yang luas. Saya sendiri suka 'menyamarkan' teriakan saya diiringi musik heavy metal dengan volume kencang.
      Semoga sukses & terima kasih udah berbagi.

      Hapus
  9. mas bgmn sebaiknya sbg seorang wanita yg mempunyai kekasih seorang dg alter ego yg bnr-bnr saling mencintai tp si pria tdk menyadari dia mengalami itu dan berusaha meninggalkanya dg alasan takut si wanita menderita karena sang orang tua si pria tidak menyetujui hubungan itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, udah jadi kayak dokter cinta, saya nih.
      Saya pikir ada 2 hal yang harus dikonfirmasi langsung ke si pria & orangtuanya :

      1. Apakah benar dia mengidap alter ego/kepribadian ganda?
      2. Apakah benar orang tua si pria tidak menyetujui hubungan itu? Jika benar, apa alasannya?

      Karena menurut saya ada kejanggalan yang bertentangan dengan teori penyembuhan masalah kepribadian. Seharusnya pengidap masalah kepribadian lebih nyaman mendapatkan kasih sayang karena itu obat termujarab.

      Jika perlu, mungkin Anda perlu mengkonfirmasi masalah ketiga pada pasangan Anda :

      Apakah dia benar-benar mencintai Anda? Karena seharusnya pria harus berjuang demi cintanya, apapun masalah yang dihadapinya.

      Jika perlu, tanyakan pada diri Anda, apakah benar dia mencintai Anda dan apakah Anda layak diperlakukan dalam hubungan yang tidak pasti?

      Semoga membantu, terima kasih sudah membaca blog saya.

      Hapus
    2. panjang ceritanya habisnya ku bingung tiap orang /tmn yg ku critain pd g bisa ngasih solusi.tp ku senang blog ny bisa nambah info buatku.ouw y nth kebetulan/apa,zodiakny kok sm ky mas y.btw mkch bnyk.ini kisah ttg ku.pria itu adalah org yg ku synG.sekian bulan ku bersamanya tak sekedar mnyayanginya tp jg mpelajari tiap detailnya to slalu brusha buat dia bhgia tp knytaan nya spt ini,:-(
      mkch lg y..

      Hapus
    3. Mungkin karena Gemini emang identik dengan 2 kepribadian, tapi saya rasa itu cuma kebetulan.

      Maaf saya gak bisa membantu lebih banyak, tapi yang saya tahu, jika ada 2 insan yang saling mencintai, seharusnya mereka saling membahagiakan.

      Sekali lagi, terima kasih udah baca blog saya.

      Hapus
    4. ok thanks,mg sukses!

      Hapus
  10. jika orang terdekat jg gk pduli :(
    Saya merasa kadang kepribadian ganda ini anugrah dari tuhan biar saya gak sendirian
    Dan memang betul ktika sedang sendian saya gk pernah merasa sendirian.
    Namun kadang ktika berada dilingkungan yg ramai bertemu dngan teman lama misalnya mungkin dia akan berpikir saya tulalit.
    Saya sudah menikah dan sudah dikaruniai seorang ank peremuan Ananda 4thn, saya mulai merasa ketakutan jika sedang emosi/merasa tidak berguna saya memukul diri saya dihadapan ank saya, saya takut mnyakiti dia karna pernah beberapa kali saya memukulnya namun setelahnya muncul perasaan bersalah yg kmudian saya melukai diri saya. Saya mengalami trauma berat saat masih kecil.
    Suami, sepertinya dia melihat saya normal-normal saja.
    Saya pernah bilang k dia
    Kalau saya sekarang merasa ada yang aneh, pernah muncul sesekali bayangan hitam dan dia trus mengikuti saya hingga sampai pindah rumah pun. Bnyak yg menyarankan saya untuk sholat jngn kelewat, dan stiap kali saya sholat dia semakin mengganggu. Entah berada disamping,dibelakang,diatas.
    dia muncul ktika saya sedang merasa sedih.
    Untuk konsultasi k psikolog saya malah takut.

    BalasHapus
  11. Wah, kayaknya Mbak ada gejala depresi akibat DID/MPD. Apapun alasannya, memukul anak secara fisik tidak bisa dibenarkan karena selain menyakiti secarq harfiah, juga bisa menimbulkan trauma psikis, sakit hati, dan menjadi bahan pembelajaran bahwa memukul adalah tindakan yang bisa dibenarkan.

    Saran saya, sebaiknya Mbak mencoba bersahabat dengan diri sendiri & alter egonya. Di keramaian, sebisa mungkin fokuskan diri pada orang lain. Awalnya memang berat, tapi seiring waktu pasti terbiasa.

    Soal perasaan ada yang mengikuti, anggap saja dia itu sahabat kita yang selalu ada. Shalat memang bisa menenangkan hati & pikiran, tapi DID atau alter ego bukanlah setan yang bisa diusir begitu saja karena sumbernya adalah 'masalah' di otak.

    Soal orang terdekat tak ada yang mau peduli, saya yakin itu tidak sepenuhnya benar. Keluarga Mbak pasti peduli, apalagi si kecil yang pasti ingin selalu dekat dengan ibundanya. Menurut saya, sekali lagi, Mbak hanya harus bersahabat dan lebih menghargai diri sendiri dan berhenti menyalahkan diri sendiri, yakinlah bahwa anak adalah anugerah terbesar dalam kehidupan yang wajib kita syukuri, kita jaga, dan pastinya kita ambi banyak pembelajaran dari tingkah lakunya. Salah satunya, anak tak akan pernah berhenti menyayangi Anda meskipun Anda sering memukulnya, meski itu bukanlah sesuatu yang dibenarkan. Selamat berjuang, Mbak, dan yakinlah... Anda nggak sendirian melalui ini!

    BalasHapus
  12. saya ada baca satu artikel, ada pernyataan kurang lebih seperti ini "jika kita punya masalah, terus kita bertanya apa jalan keluarnya pada diri sendiri dan menemukan sendiri jalan keluar itu tanpa bantuan orang lain, dan selalu merasa mampu menghadapi semuanya sendiri, itu termasuk gejala DID", apakah benar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalo itu sih bukan DID, tapi saya menyebutnya motivasi. Itu bagus untuk membangun kepercayaan diri dan memberi 'energi' lebih untuk mengembangkan potensi diri.

      Kalo DID lebih rumit dari itu karena pikiran dan tubuh kita seperti dikendalikan orang lain yang anehnya seperti berada dalam diri. Kita seperti kehilangan kendali dan kadang2 kita tidak sadar sudah berbuat atau berkata apa setelahnya.

      Hapus
  13. Saya pengidap alter ego, tapi saya udah saling mengenal sama alter saya. Kadang suka brantem sm alter, mungkin karna perbedaan Sifat 180°. Kadang suka ngeri kalo alter udh ngambil alih tubuh, pas saya sadar tau-tau udah dijauhin temen2😂 kebanyakan negatif sih sifatnya-_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin sebaiknya orang2 terdekat dikasih tau tentang keberadaan alter ego. Mungkin susah diterima, tapi dengan penjelasan yang memadai, ditambah pengertian bahwa alter ego adalah sesuatu yang 'normal', saya yakin mereka bisa mengerti, bahkan bisa jadi bahan obrolan seru tuh.

      Oh ya, sebaiknya dibuat kompromi sendiri dengan alter ego, diantaranya alter ego tidak boleh 'mengganggu' orang2 terdekat (keluarga & sahabat).

      Terakhir, cobalah bersahabat dengan alter ego dan menjadikan dia bagian diri kita yang tidak boleh disingkirkan.

      Hapus
  14. Wah, makasih banyak mas. Blog ini membantu bgt, untuk bisa lebih paham ttg MPD. Walau saya bukan 'penderita' MPD/DID saya selalu tertarik dengan MPD itu setelah gak sengaja baca buku Sybil yg 'menghantui' pikiran saya beberapa tahun lalu. Dan saya rasa, tulisan mas di blog ini ttg MPD bisa membuat para 'penderita' dan keluarga 'penderita' lebih paham bahwa dukungan penuh dan kasih sayang orang terdekatlah yg ikut membantu 'kesembuhan' penderita MPD. Terima kasih telah berbagi informasi yg berguna ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo Mbak tertarik dengan buku Sybil, coba Mbak baca buku 32 Wajah Billy; itu 'kitab suci'nya DID/MPD. Dijamin bakal terkagum-kagum dari bab awal sampai akhir.

      Hapus
    2. Ralat, maksud saya buku 24 Wajah Billy.

      Hapus
    3. Selain buku Sybil, saya juga sampai ngikutin film Sybil yg buatan thn 73 dan remake nya yg thn 2007. Walau bukunya lebih 'menghantui' pikiran, dua filmnya pun gak kalah merobek hati.

      Iya, makasih banyak mas rekomendasinya^^. Memang saya lg hunting '24 Wajah Billy' nya Daniel Keyes.

      Sekali lagi terima kasih.

      Hapus
  15. Saya punya hubungan sama seseorang, dan ternyata dia itu salah satu alter ego.. Dan sekarang karna saya sangat menyayangi alter ego itu, saya coba buat memahami dan kenalan sama pribadi utama dan alter ego yg lain.. Sy bingung, sy pengen orang itu sembuh tapi saya ngga mau kehilangan alter ego yg sy sayang itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, berarti sayangnya gak tulus donk?! Seharusnya lebih sayang dengan pribadi utama, karena lebih-kurangnya dia sebagai manusia, itulah dirinya seutuhnya & apa adanya.

      Kalaupun ternyata lebih sayang dengan alter ego, tetap berikan dukungan & kasih sayang pada pribadi utama agar bisa melebur menjadi satu. Tapi yang lebih penting, cobalah menerima pribadi utama karena dialah sosok sesungguhnya.

      Hapus
    2. Apa penderita MPD bisa sembuh total mas??.
      beri tips donk mas. Biar qta bisa mengendalikan seseorng dengan alter ego.

      Hapus
    3. Itu tips dari saya udah ditulis di 2 paragraf terakhir. Lebih lengkapnya silahkan konsultasikan dengan psikiater.
      Terima kasih.

      Hapus
  16. Saya punya pacar(cewe) umur 16 tahun, pertama saya tidak pernah merasa aneh sama cewe saya
    Dan baru baru ini dia kelihatan seperti orang amnesia dan anehnya dia bilang gk ketmu saya 2 bulan padahal baru minggu kemaren ktmu

    Lalu salahsatu sodara pacar saya ngechat
    Bahwa pacar saya itu berkepribadian ganda
    Saya shock/kaget tapi dengan penjelasan yg bener bener saya rasain blakangan ini saya langsung percaya kalo pacar saya itu bekpribadian ganda

    Kata sodaranya pacar saya kalo pacar saya tuh
    Sisi lainya dia tuh bikin masalah trus klo udh bikin masalah dia ngumpet di balik sisi asli dia,
    alter egonya tuh muncul kemungkinan karena trauma saat masa kecilnya
    Jdi mohon saranya min agar pacar saya normal
    Saya sayang kedua sisinya tapi saya mau yg sisi asli dia saya takut kedepanya dia seperti apa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, kalo untuk gejala dan gimana bisa sembuh, mungkin harusnya konsultasi kepada ahlinya yang lebih kompeten, seperti psikiater. Cuma saya sarankan, orang-orang dengan gangguan neurosis atau bahkan gangguan jiwa seharusnya tetap diberikan kasih sayang dan perhatian.

      Mungkin perlu dijelaskan lagi tentang definisi normal, karena menurut saya DID juga tidak bisa dikategorikan tidak normal, terutama jika kepribadian asli tidak keberatan dengan keberadaan alter egonya. Lagipula, kadang-kadang punya pasangan yang 'gak normal' itu lebih mengasyikkan kok.

      Hapus
  17. Umur saya saya 14 tahun saya pelajar SMP....saya baru menyadari mempunyai alter ego baru" ini tapi kadang saya juga ragu...saya juga mempunya trauma di masa lalu yang sampai SMP masih terbawa, saya juga selalu menendam masalah sendirian yang berakibatnya depresi, selama saya depresi saya selalu mendenga suara" asing ditelinga saya yang menyebabkan saya terkadang berfikir untuk bunuh diri, terkadang saya juga mempunya emosi yang susah terkendali yg menyebab kan alter ego saya mengendalikan emosi saya dan menyakiti orang" yang ada di dekat saya, saya juga sering mengalami perubahan mood yg berakibat kan sering dikendalikan oleh alter ego, saat alter ego saya mengendalikan saya sifatnya saya menjadi berubah drastis misalkan saya ada lah orang yang periang, namun ketika alter ego saya yang menguasai saya akan menjadi sadis dan kejam, saya juga sering berkomunikasi dengan alter ego saya namun pendapat kami sangat berbeda. Dan saat alter ego saya yg menguasai saya sering melukai diri sendiri:(

    Menurut kaka saya ini mengidap alter ego tidak kak?
    Saya juga butuh penjelasannya karena selama ini saya selalu binggung.

    Sekian terima kasih:')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, saya kurang tahu, Dik. Apakah disertai dengan momen 'Lupa/Kehilangan Waktu'? Kalau tidak, mungkin saja skizofrenia. Lebih pasnya silahkan konsultasikan dengan psikiater.
      Terima kasih.

      Hapus

Posting Komentar

Setiap bentuk penyalinan (copying) blog ini harus menyertakan link/URL asli dari Blog CECEN CORE.

Postingan populer dari blog ini

Hours: Film Terakhir Paul Walker yang Menginspirasi Ayah; Sebuah Resensi

Cerita Liburan Long Weekend di Kota Bandung Bersama Keluarga

Pengalaman Liburan ke Ancol dan Menginap di Discovery Hotel and Convention