Tribute to Thabby: Sang Ratu Kucing yang Memiliki Perasaan Seperti Manusia
"Seekor kucing memilih sendiri manusia yang akan menjadi tuannya, bukan sebaliknya."
Saya lahir dan dibesarkan di sebuah keluarga pencinta kucing, khususnya ibu saya. Bagi Ibu, kucing adalah anak kelima, keenam, ketujuh, dan seterusnya—mengingat fakta bahwa Ibu memiliki empat orang putra kandung. Mungkin karena saking sayangnya kepada kucing-kucingnya, sampai-sampai ke mana pun Ibu pergi, "anak-anak"-nya yang berekor akan mengikutinya. Bagi Ibu dan saudara-saudara saya, kucing adalah raja dan ratu di rumah kami. Mereka bebas bertengger, tidur, atau menyebarkan bulu-bulu halusnya di mana pun mereka mau. Bahkan, kucing-kucing kami mempunyai jadwal mandi rutin setiap bulan. Untuk ritual ini, Ibu bahkan menggunakan sabun khusus yang harganya lebih mahal dari sabun mandi saya. Seperti yang saya bilang tadi, kucing adalah raja dan ratu di rumah kami.
"Di mata seekor kucing, segala sesuatu merupakan miliknya." (Peribahasa Inggris)
"Hanya ada satu nama yang tepat untuk seekor kucing -Yang Mulia."
Mungkin karena faktor tersebut, saya juga menyukai wanita yang juga pencinta kucing. Bagi saya, wanita pencinta kucing adalah sosok yang identik dengan kasih sayang dan kelembutan. Atau mungkin, wanita pencinta kucing adalah refleksi dari ekspektasi saya untuk mendapatkan seorang pasangan yang memiliki sifat hampir seperti ibu saya, seperti pasangan saya saat ini, Epi Friesta Dewi Hasibuan. Sama seperti keluarga saya, keluarga pasangan memiliki banyak kucing di rumahnya. Bedanya mungkin, kucing-kucing di keluarga saya benar-benar dimanjakan dan berstatus raja atau ratu. Kucing datang dan pergi di kehidupan kami. Setiap kali ada kucing yang mati atau hilang, generasi kucing yang baru akan menggantikannya.
Anda pasti setuju bahwa semua makhluk hidup memiliki perasaan, tak bedanya dengan seekor kucing. Tapi apakah Anda percaya bahwa hanya ada beberapa ekor kucing yang memiliki ikatan emosional dengan seseorang? Saya bukan hanya percaya, tapi saya sudah mengalaminya sendiri, bukan hanya sekali, tapi sudah dua kali hingga saat ini.
Sewaktu saya sekolah di bangku SMA dulu, keluarga kami memiliki beberapa ekor kucing di rumah. Saya sengaja tidak menggunakan kata 'memelihara' karena kucing bukanlah binatang peliharaan, justru merekalah penguasa rumah kita sesungguhnya. Di antara kucing-kucing saya saat itu, ada satu yang berwarna hitam dengan sedikit aksen putih pada bulu-bulunya, kucing ini kami beri nama 'Ireng' (dalam bahasa Jawa berarti 'Hitam'). Saat itu usia Ireng masih beberapa bulan—saya lupa usia tepatnya.
Ke mana pun saya pergi, Ireng akan mengikuti saya, bahkan dia akan tidur di dekat badan saya setiap kali saya tidur malam. Suatu malam, Ireng tak terlihat lagi setelah meninggalkan rumah sore hari sebelumnya. Kami sekeluarga sudah pasrah atas nasib kucing kami yang satu itu. Kucing terikat pada suatu tempat, bukan kepada orang. Jadi jika seekor kucing tidak pernah kembali lagi ke rumahnya, biasanya hanya ada dua kemungkinan: Pertama, dia mati tertabrak di jalanan, atau kedua, dia mati karena diracun oleh seseorang. Jika seekor kucing diberi makan atau dikunci oleh seseorang di rumah lain, kucing biasanya akan kembali ke rumah asalnya begitu ada kesempatan bebas.
"Cinta akan menemukan jalannya, bahkan dengan melintasi belasan kilometer, dan menembus kegelapan." (Jeanette Thomason; seperti dimuat dalam salah satu sub judul buku Kucing Bernama Dickens karya Callie Smith Grant; hal.200)
Suatu malam, ibu membangunkan saya yang sedang tertidur pulas. Ibu bilang, "Itu si Ireng pulang, dia sekarat diracun orang. Kayaknya dia mau ketemu sama kamu."
Saya langsung beranjak dari tempat tidur dan mendapati si Ireng sekarat di lantai. Ibu saya memberikan alas sebuah selimut supaya badan Ireng tidak kedinginan. Dari mulutnya keluar busa berbau busuk, badannya kejang-kejang dengan nafas yang hanya sesekali. Mendapati kondisinya yang seperti itu, saya langsung menggendong sambil membelainya. Ibu saya berkata, "Ireng sudah tidak mau diberikan minuman lagi."
Saya hanya menggendongnya sambil memeluk badannya. Bulu-bulunya basah dan kaku terkena lumpur. Perlahan, nafasnya mulai tersengal, dia menatap saya sebelum akhirnya pandangannya berubah menjadi kosong. Ireng sudah "pergi".
Tahun demi tahun berlalu sejak kejadian itu, saya pun akhirnya menetap di kota Medan sejak pertengahan tahun 2003. Tak pernah lagi saya temui kucing yang memiliki ikatan emosional dengan saya, seperti Ireng. Sampai akhirnya, pada suatu hari di rumah pasangan saya ....
Saya hanya menggendongnya sambil memeluk badannya. Bulu-bulunya basah dan kaku terkena lumpur. Perlahan, nafasnya mulai tersengal, dia menatap saya sebelum akhirnya pandangannya berubah menjadi kosong. Ireng sudah "pergi".
Tahun demi tahun berlalu sejak kejadian itu, saya pun akhirnya menetap di kota Medan sejak pertengahan tahun 2003. Tak pernah lagi saya temui kucing yang memiliki ikatan emosional dengan saya, seperti Ireng. Sampai akhirnya, pada suatu hari di rumah pasangan saya ....
Saat itu pasangan saya sedang memberi makan kucing-kucingnya di halaman teras rumah. Tiba-tiba seekor bayi kucing mungil dengan tubuh kurus dan bulu dekil kaku berlumuran kotoran memasuki halaman rumah. Dari balik kejorokannya, si bayi kucing ternyata memiliki warna bulu belang hitam dan putih. Ekornya panjang menjulang ke langit. Si bayi kucing mengeong kelaparan dan meminta makanan. Tapi apa daya, keberadaannya sebagai kucing asing ditentang oleh kucing-kucing pasangan saya. Si bayi kucing tahu diri, dia hanya memandangi segerombolan makhluk berbulu melahap dengan rakus makanan di piring. Merasa iba, pasangan saya pun memberinya makanan di piring tersendiri. Si bayi kucing makan dengan lahap, seperti menemukan istana makanan. Setelah puas melahap makanannya, si kucing yang ternyata betina ini menggesek-gesekkan badannya di kaki pasangan saya. Saat itu kami mengira dia berkata, "Terima kasih, manusia", dalam bahasa kucing. Belakangan saya baru menyadari bahwa mungkin dia berkata, "Rawatlah aku, karena sesungguhnya aku adalah seekor ratu yang menjelma menjadi seekor kucing."
Tak lama kemudian, si bayi kucing pun menetap di rumah pasangan saya dan diberi nama Thabby. Nama yang cantik untuk seekor kucing dekil—sebelum dia berubah menjadi ratu sebenarnya. Meskipun bernama Thabby, tapi kucing ini sama sekali bukan kucing jenis tabby yang dominan dengan coraknya yang khas. Dia hanya berwarna dominan putih dengan sedikit corak hitam yang memanjang dari dahi ke telinga hingga kepala bagian belakang, sedikit corak abu-abu di bagian punggung, dan ekor menjulang berwarna hitam. Bahkan Thabby sama sekali tidak memiliki pola huruf 'M' di dahi seperti ciri khas kucing jenis tabby pada umumnya.
Tak lama kemudian, si bayi kucing pun menetap di rumah pasangan saya dan diberi nama Thabby. Nama yang cantik untuk seekor kucing dekil—sebelum dia berubah menjadi ratu sebenarnya. Meskipun bernama Thabby, tapi kucing ini sama sekali bukan kucing jenis tabby yang dominan dengan coraknya yang khas. Dia hanya berwarna dominan putih dengan sedikit corak hitam yang memanjang dari dahi ke telinga hingga kepala bagian belakang, sedikit corak abu-abu di bagian punggung, dan ekor menjulang berwarna hitam. Bahkan Thabby sama sekali tidak memiliki pola huruf 'M' di dahi seperti ciri khas kucing jenis tabby pada umumnya.
"Seekor kucing bukan pergi ke tempat dimana ia diundang. Ia muncul di tempat yang membutuhkannya."
"Seekor kucing selalu berada di tempat yang tepat, di saat yang tepat."
Awal mula keberadaan Thabby di rumah pasangan saya ditentang habis-habisan oleh kucing-kucing pasangan saya yang lain. Tapi Thabby tak menyerah, dia terus mengambil hati pasangan saya dan keluarganya dengan tingkahnya yang lincah. Sayangnya, saat itu badan Thabby dipenuhi kutu kucing. Saya dan pasangan terkadang bergantian membersihkan dan mematikan kutu-kutunya. Usaha kami berhasil, akhirnya si Thabby bebas dari kutu. Mungkin karena ingin mengucapkan 'terima kasih' dalam bahasa kucing, atau memang telah ada ikatan tertentu antara Thabby dengan saya, kucing itu sering melompat ke pangkuan saya. Awalnya saya mengira itu hanya kebiasaan kucing, belakangan saya menyadari bahwa Thabby memang memiliki ikatan khusus dengan saya.
"Kucing memiliki reputasi lebih terikat pada tempat ketimbang orang. Tetapi beberapa orang hebat telah membuktikan bahwa anggapan umum itu bisa keliru."
Suatu malam, sepulang dari kantor, saya singgah ke rumah pasangan saya. Selepas makan malam, saya merasakan kantuk yang luar biasa. Akhirnya saya pun tertidur sambil duduk di sebuah kursi di ruang tamu. Tiba-tiba saya terbangun karena merasakan sesosok wujud yang melompat ke pangkuan saya. Tanpa permisi, Thabby duduk di paha saya lalu dengan cueknya menjilati sekujur bulunya tanpa mengeong. Saya baru sadar, sikap yang ditunjukkan Thabby setiap kali menaiki badan saya tanpa permisi bukanlah sebuah kecuekan, melainkan sebuah gaya dan keanggunan yang dimiliki oleh seorang—atau seekor—ratu.
Puas memandikan dirinya, Thabby meregangkan badannya seraya memamerkan bulu-bulunya yang halus, bersih, dan bersinar. Lalu, kembali dengan cueknya—anggunnya—dia malah tidur di pangkuan saya. Saya dan pasangan hanya bisa menggeleng keheranan. Tak berapa lama, saya dan Thabby pun tidur bersama untuk beberapa saat, sebelum akhirnya saya merasakan capek karena tidur dalam posisi duduk. Pasangan memindahkan Thabby dari pangkuan saya. Saya pun pindah ke sebuah sofa untuk mengambil posisi tidur yang lebih nyaman. Saat akan mengunjungi alam mimpi, saya kembali dikejutkan oleh tingkah Thabby yang melompat ke perut saya (saat itu saya sedang tidur dengan posisi telentang). Kami saling berpandangan. Saat itu saya memperhatikan hidung Thabby yang berwarna merah jambu dan matanya yang bersinar. Pasti di mata kucing, Thabby adalah sosok yang cantik. Saya hanya melongo saat itu, sedangkan "Sang Ratu" dengan acuhnya kembali memejamkan mata.
"Anda tidak akan pernah merasa tegang saat memandang seekor kucing yang sedang tidur." (Jane Pauley, jurnalis)
Thabby yang saat itu masih bayi tiba-tiba melompat ke pangkuan saat saya tertidur di rumah pasangan sepulang dari kantor. Bayi kucing ini malah ikutan tidur. |
Bahkan saat saya pindah tidur ke sofa, Thabby mengikuti dan melompat ke badan saya. Dia masih juga ikut tidur. |
Bulan demi bulan berlalu, Thabby tumbuh menjadi seekor kucing dewasa. Tak terhitung lagi berapa kali dia melompat ke pangkuan saya. Keluarga pasangan yang awalnya terheran-heran melihat tingkah Thabby, kini mulai terbiasa. Setiap kali saya datang ke rumah pasangan, keluarganya akan berkata pada si Thabby, "Thabby, tuh tuanmu datang." Setiap kali saya duduk, Thabby akan melompat ke pangkuan saya (masih tanpa permisi), menancapkan cakar-cakarnya ke celana saya, menjilati tubuhnya (terkadang sangat lama, sampai setengah jam tanpa henti), meregang, lalu memejamkan mata. Dia baru akan mengeong jika saya tidak segera mengelus bulu-bulunya. Meongan itu mungkin bukan sebuah protes, tapi lebih kepada sebuah usaha pamer. Karena seringnya mandi, bulu-bulu Thabby memang bersih dan bersinar. Saat saya mulai mengelusnya, Thabby pun memejamkan mata.
Berapa kali pun pasangan saya memindahkan si Ratu Kucing dari pangkuan saya, Thabby tetap akan kembali ke tuannya sampai pasangan saya akhirnya menyerah. Bahkan, saat dipindahkan, Thabby akan mencengkeramkan cakar-cakarnya ke celana saya untuk memberikan perlawanan, walaupun pada akhirnya sia-sia. Itu alasan hampir semua celana saya di bagian paha depan selalu terdapat koyakan-koyakan kecil jejak Thabby. Ada saat-saat Thabby akan memasang wajah sedih saat tubuhnya dipindahkan dari pangkuan saya atau saat saya akan meninggalkan rumah pasangan. Sang Ratu Kucing juga akan protes ketika saya tidak menggubrisnya saat sedang asyik membaca koran, segera saja Thabby akan duduk di atasnya untuk menarik perhatian saya.
"Anjing biasanya duduk di samping Anda ketika Anda bekerja, sedangkan kucing akan menduduki pekerjaan Anda." (Pam Brown)
Bahkan saat saya tiduran dalam posisi telungkup, Thabby masih akan menaiki punggung saya. Belum cukup begitu, Thabby malah mendekatkan wajahnya ke wajah saya. Kucing ini memang istimewa. |
Bahkan jika saya tidak berada di rumah pasangan, Thabby yang telah hafal dengan aroma saya akan meniduri barang-barang yang saya tinggalkan di rumah pasangan seperti tas,pakaian, atau buku-buku. |
Suatu siang saat saya tiba di rumah pasangan, Thabby langsung menyambut saya di halaman rumah. Dia terus mengeong dan mengibaskan ekornya. Seperti berkata, "Kenapa lama sekali datang? Aku sudah kangen ingin dipangku dan dibelai." Thabby menunggu di kaki kursi yang terletak di ruang teras rumah pasangan saya lalu mengeong kembali, "Cepat duduk, sudah waktunya bagiku dimanjakan!" Benar saja, begitu saya duduk, Thabby langsung melompat ke pangkuan saya dan mengundang protes dari pasangan yang mulai merasa cemburu dan jengkel karena Thabby yang bertingkah genit. Saya pun langsung mengeluarkan sepotong daging burger yang saya bawa dari rumah khusus untuk saya persembahkan pada sang Ratu. Melihat sang Ratu makan dengan lahapnya, kucing-kucing pasangan saya yang lain segera mendekati saya dan mengeong minta dibagi. Seekor kucing jantan milik pasangan memberanikan diri mendekati saya saat Thabby sedang asyik menjilati tubuhnya di atas pangkuan saya. Kucing jantan mengeong dan mengangkat satu kakinya ke paha saya, tiba-tiba ... Thabby mendesis dan mencakar wajah si kucing jantan dengan ekspresi kemarahan (atau mungkin cemburu?). Si kucing jantan segera ambil langkah seribu dan kelopak mata kirinya terluka terkena cakaran si Thabby. Sang Ratu pantang berbagi perhatian dan kasih sayang dengan kucing lain.
Thabby menikmati setiap belaian dan ciuman yang saya berikan kepadanya. Thabby akan mencengkeram kuat celana saya jika pasangan saya coba memindahkannya dari pangkuan saya |
Thabby bukan hanya akan menyambut kedatangan saya ke rumah pasangan, tapi dia juga sebisa mungkin akan mencegah saya meninggalkannya. Di saat yang lain, ketika saya akan beranjak pulang dari rumah pasangan, Thabby melompat ke atas jok motor saya, ketika saya mendekat, dia menghampiri, bersiap melompat dari atas motor ke pelukan saya. Mengetahui gelagatnya yang berusaha mencegah kepergian saya, saya pun menjauh darinya. Ekspresi Thabby yang tadinya penuh pengharapan akan mendapatkan pelukan dan belaian manja dari tuannya, berubah menjadi ekspresi sedih. Bahkan saya sempat mengabadikan momen saat Thabby hanya bisa tertunduk lesu di atas motor saya. Ekspresi yang sama ditunjukkan saat Thabby harus dipindahkan dengan paksa oleh pasangan saat sedang asyik bermanja di pangkuan saya.
Thabby, kucing betina yang dulunya pernah terlantar di jalanan tampaknya memahami benar apa arti dan makna dari sebuah kasih sayang. Hal ini terlihat bukan hanya saat Thabby menikmati belaian manja dari saya, tapi juga saat pasangan saya akan memberi makan kucing-kucingnya. Seperti sebuah ritual rutin, setiap pasangan menyiapkan makan, kucing-kucingnya akan berkumpul dan mengeong tak karuan. Mungkin jika diartikan ke dalam bahasa manusia, artinya seperti ini, "Kenapa lama sekali? Kami udah kelaparan nih!" Atau lebih seperti, "Dasar, gadis lamban! Apa sih susahnya menyiapkan makanan?"
"Bagi kucing, jelaslah bahwa kita, manusia, meskipun badan kita sangat besar, luar biasa lambannya. Kita sama sekali tidak mampu meloncat tinggi, atau melompat, atau menerkam, atau mengayun, atau bahkan melakukan manuver paling sederhana yang minimal akan membuat kita lebih menyenangkan untuk diajak bermain." (Cleveland Amor)
Thabby memeluk Unyu, kucing kecil yang baru diadopsi oleh pasangan saya. Bukti bahwa Thabby memang memiliki jiwa penyayang & perasaan seperti seorang ibu yang melindungi anaknya. |
Tapi tahukah Anda? Dari semua kucing yang dimiliki pasangan, hanya Thabby yang tak pernah merengek saat waktu makan tiba. Justru Thabby akan sibuk membelai kucing-kucing yang lain sambil sesekali mengeong kepada mereka. Bagi saya, kucing penyayang ini berbincang dengan 'saudara-saudaranya' sendiri, "Tenang ya, nanti juga kita akan diberikan makan kok, sabar ya?!" Thabby memang kucing istimewa yang memiliki jiwa penyayang, bahkan kepada kucing-kucing lain yang dulu pernah menentang kehadirannya. Bukti lain bahwa Thabby juga memiliki perasaan seperti manusia pada umumnya adalah ketika saya menciumnya, Thabby akan mengarahkan wajahnya ke wajah saya dan memejamkan matanya, seakan dia menerima atau membalas ciuman saya.
"Tidak ada yang lebih ajaib dan lembap daripada ciuman kucing."
Pada sekitar bulan Oktober 2011 lalu, Thabby pernah mengandung untuk pertama kalinya. Masa kehamilan yang pertama ini sepertinya membuat Sang Ratu gugup dan takut. Thabby menjadi semakin manja dan tak mau jauh dari pasangan saya. Thabby juga menjadi 'cerewet'. Setiap kali pasangan saya pergi, Thabby akan mengeong, seakan berkata, "Jangan jauh dariku, aku takut." Bahkan, Thabby akan melompat ke pangkuan saya atau pasangan setiap kali kami berada di rumah saat waktu tidur Thabby. Di masa ini, Thabby menjadi semakin manja, namun dia tak pernah kehilangan aura seekor ratu atau putri. Dia tetap betah menjilati bulu-bulu halusnya hingga berjam-jam. Sungguh beruntung kucing jantan yang mengawini Sang Ratu Kucing. Pesona Thabby yang bertransformasi dari seekor kucing dekil menjadi kucing yang sangat cantik memang mengundang kucing-kucing jantan untuk mendekatinya. Dari mulai kucing-kucing asing di sekitar rumah pasangan saya, hingga saudaranya sendiri yang lama menghabiskan waktu bersamanya. Sayangnya, kehamilan pertama Sang Ratu Kucing gagal. Masa dan kondisi kehamilan yang prematur membuat bayi yang dilahirkan Thabby mati.
Satu hal lagi yang membuat saya dan pasangan dibuat keheranan sekaligus lebih memahami tentang perasaan seekor kucing, khususnya Thabby, adalah saat pasangan saya menguburkan jasad anak Thabby. Thabby melihat langsung pasangan saya yang menguburkan anaknya dengan ekspresi kesedihan. Hal yang membuat perasaan pasangan saya semakin bersedih justru bukan karena kematian anaknya, melainkan ekspresi yang ditunjukkan Thabby saat melepas kepergian anaknya dan melihat langsung penguburan jasad anaknya. Kami tahu, Thabby terpukul dan bersedih. Seekor kucing juga memiliki perasaan seperti manusia, hanya saja manusia tak pernah—atau tak mau—memahaminya. Manusia yang berbicara pada seekor kucing, bukanlah manusia yang aneh, melainkan manusia yang memiliki hati penuh kelembutan dan kasih sayang.
"Hewan mengetahui lebih banyak daripada orang. Anjing bisa tahu jika akan terjadi gempa bumi. Burung-burung terbang setengah keliling dunia untuk menemukan sarang mereka. Jika manusia lebih sering mendengarkan hewan, mereka tidak akan membuat begitu banyak kesalahan."
Pada tanggal 9 Mei 2012, Sang Ratu Kucing sakit. Dia kehilangan selera makan dan badannya demam. Pasangan memberitahukan kondisi Thabby pada saya siang hari. Saya bilang, jika sampai esok hari kondisi Thabby masih belum membaik, kami akan membawanya ke dokter hewan. Malam hari, saya jadi memikirkan kondisi Thabby. Saya bertekad pada diri saya sendiri, akan menjaga kondisi Thabby. Untuk itu, saya berencana akhir pekan nanti saya akan membeli sebuah kandang kucing. Kandang ini nantinya akan saya gunakan untuk membawa Thabby ke rumah saya setiap akhir pekan saat saya libur bekerja. Jadi, setiap hari Senin sampai dengan Jumat, Thabby akan bersama pasangan saya dan keluarganya, sedangkan Sabtu dan Minggu, Thabby akan tinggal bersama saya, jadi saya bisa lebih memperhatikan dan memanjakannya dengan makanan-makanan yang lebih enak di rumah saya. Selain itu, Thabby bisa bebas melompat ke badan saya dan tidur malam hari di atas pangkuan saya selama mungkin tanpa ada pasangan yang akan memindahkannya. Tapi rencana saya hanyalah sebuah rencana manusia, Tuhan berkehendak lain.
Siang hari, 10 Mei 2012. Pasangan saya membawa Thabby ke seorang dokter hewan dengan menumpang sebuah taksi. Saya tidak bisa menemaninya karena saat itu saya sedang disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk. Di dalam taksi, sepertinya perasaan Thabby bercampur-aduk antara takut dan bingung. Berkali-kali Thabby memandangi sekitarnya, semua tampak asing. Sesekali Thabby mengeong pelan kepada pasangan saya, "Aku takut. Mau dibawa kemana? Semua tampak asing bagiku." Atau mungkin, "Aku lebih senang berada di rumah." Atau yang lebih memilukan saya, "Di mana tuanku, aku mau dia ada di sini." Pasangan saya pun mengajaknya mengobrol agar Thabby merasa lebih tenang. Rupanya hal ini membuat sopir taksi merasa heran dan bertanya, "Mbak, kok kucing diajak ngobrol sih? Memangnya dia ngerti?" Thabby dan pasangan saya memiliki ikatan yang erat, bukan ikatan antara hewan peliharaan dengan majikan, tapi lebih kepada sebuah ikatan emosi antara dua wanita dewasa, seorang putri manusia dan seekor Ratu Kucing yang rapuh.
Dokter menyuntik Thabby dan memberikan vitamin. Dokter juga bilang, kucing juga seperti manusia, mereka akan kehilangan selera makan di saat sakit, karena itu pasangan saya harus sebisa mungkin membuat Thabby mau makan. Satu hal yang menarik, saat pasangan saya menemui dokter, seorang wanita mencibir Thabby dengan meremehkan jenisnya yang 'hanya' seekor kucing kampung—yang tidak pantas diberikan perawatan 'mahal'. Hal itu membuat pasangan saya tersinggung dan marah, dia memandang sinis ke arah wanita itu, dan sepertinya si wanita awam merasa diri dan tersenyum malu pada pasangan saya.
Saya yakin, apapun jenis kucing, mereka memiliki perasaan dan mereka memiliki caranya sendiri untuk mendikte manusia yang mengklaim diri sebagai majikan mereka. Sekali lagi saya tekankan, kucinglah penguasa sejati di rumah kita. Itulah kenapa kucing tidak seperti anjing yang mudah dilatih, karena sebenarnya kucinglah yang mengajari manusia tentang kedisiplinan, penghargaan terhadap sesama, melindungi keluarganya, dan kesetiaan. Kucing bisa menghabiskan 20 jam sehari hanya untuk tidur. Bagi orang awam, kucing adalah hewan pemalas. Sesungguhnya kucing mengajarkan kepada kita cara melepaskan beban kehidupan. Bagaimanapun kita berusaha menyelesaikan suatu masalah, masalah lain akan muncul kemudian. Dalam tidurnya yang serampangan, kucing mengajarkan kepada kita tentang betapa rileksnya mereka menghadapi masalah. Kucing bisa tiba-tiba melompat dari balik pintu ke arah kaki kita hanya untuk mengejutkan kita lalu membuat kita tertawa dengan ulahnya. Kucing mengingatkan bahwa mereka selalu ada untuk kita, mereka mengajarkan bahwa hidup tidak untuk selalu dibawa serius.
Sepulang dari dokter, demam Thabby mulai reda. Kami pun merasa lega. Sepertinya Sang Ratu Kucing akan sehat kembali, hingga Jumat dini hari, 11 Mei 2012. Sejak malam hari, Thabby tak bisa tidur pulas di kamar pasangan saya. Berkali-kali dia terbangun dan berpindah posisi di kasur, lalu turun ke lantai. Pasangan saya ikut terbangun dan memberikan belaian-belaian, mencoba menenangkan. Usaha pasangan gagal, Thabby merengek minta dibukakan pintu keluar dari kamar pasangan. Badan Thabby kembali demam. Pasangan memberikan makanan tapi Thabby tidak menyentuhnya. Sang Ratu Kucing hanya menenggak minuman air putih yang telah disediakan di sebuah wadah khusus untuknya, Thabby minum banyak sekali. Pagi menjelang, kondisi Thabby belum membaik, pasangan saya mulai cemas.
Di saat yang sama, saya tertidur pulas di rumah saya sambil bermimpi aneh: Gigi taring saya lepas (dalam primbon, mimpi gigi lepas/copot menandakan akan ada sanak saudara yang meninggal dunia. Wallahualam!). Nafas Thabby mulai tersengal, badannya kejang. Dia meringkuk sekarat di lantai. Dari mulutnya keluar muntahan air. Kucing-kucing pasangan saya yang lain memperhatikan Thabby, mereka mendampinginya. Sekali lagi bukti bahwa kucing memiliki perasaan dan solidaritas. Mereka merasakan sakit Thabby—kucing betina yang selama ini selalu memberikan belaian lembut dan kasih sayangnya. Pasangan saya kemudian menuturkan bahwa Thabby merasakan sakit yang luar biasa, dia tersiksa. Bahkan dia menolak sentuhan dari siapapun, termasuk pasangan saya yang akhirnya harus merasakan sakitnya luka akibat gigitan Thabby yang sekarat. Akhirnya, Thabby meninggal bersamaan dengan terbitnya mentari pagi.
Pasangan saya merahasiakan kematian Thabby kepada saya selama beberapa hari. Kenyataan bahwa kucing kesayangan saya mati dengan cara tersiksa dan pasangan yang merahasiakannya dari saya malah semakin membuat saya sedih dan kecewa pada pasangan. Tapi Thabby selalu punya caranya sendiri untuk mengajarkan kepada saya tentang kelembutan dan kasih sayang. Mungkin dengan kepergiannya, saya jadi lebih bisa memberikan perhatian lebih pada pasangan yang selalu merasa 'tersingkirkan' saat saya bersama Thabby. Apapun itu, Thabby adalah kucing istimewa. Dia dikirim dari langit untuk mengajarkan kepada saya, pasangan dan keluarganya tentang banyak hal dalam kehidupan. Thabby adalah seorang dewi yang menjelma menjadi wujud seekor kucing yang cantik.
"Seekor kucing mencintai sepenuh hati, tetapi tidak terlalu fanatik sampai tidak ada yang tersisa untuk dirinya sendiri."
Setiap hewan memiliki peranannya dalam kehidupan, bahkan mereka terlibat langsung dalam kehidupan kita—manusia. Mereka adalah pelindung, penjaga, bahkan mengajarkan kita tentang kekuatan dan cara menjalani kehidupan dengan berbagai persoalannya. Kucing melepaskan ketegangan kita dengan tingkah mereka yang lucu, kucing mengajarkan kepada kita tentang mengatasi masalah dengan rileks dalam tidur dan dengkuran mereka yang menenangkan. Kucing juga mengajarkan kepada kita tentang melindungi keluarga dan orang-orang terdekat. Dan yang terpenting, kucing juga mengajarkan kepada kita tentang berterima kasih dan memberikan penghargaan—walaupun manusia sering menyalahartikannya—dalam bentuk bangkai tikus atau hewan lain yang dipersembahkan di bawah kaki kita.
"Tidak ada peluang dalam hidup kucing, yang ada hanya petualangan."
Selamat jalan, Thabby. Semoga engkau akan menemukan tuanmu yang jauh lebih baik di alammu sekarang. Kami akan selalu merindukanmu.
"Sebuah ruangan akan lebih indah jika dilengkapi dengan kucing. Kehadirannya yang seperti sutra hidup mengubah sekumpulan kursi, mainan butut, dan piring kotor menjadi suatu kuil untuk menenangkan jiwa. Berpose seperti seorang dewi di bingkai jendela, ia mengamati jutaan kerapuhan manusia yang ia berkati dengan kehadirannya. Makhluk-makhluk malang melakukan jutaan kesalahan dengan upaya neurotiknya untuk bergantung pada masa lalu dan mengendalikan masa depan. Mereka membutuhkan seekor kucing untuk mengingatkan agar hanya menjadi dirinya sendiri di saat kini.
Telinga seekor kucing menyerap dentuman tas sekolah yang membentur lantai atau kutukan seorang ibu ketika ia lagi-lagi menemukan semut di mangkuk gula. Ia merasa lucu melihat manusia serta reaksi berlebihannya yang tragis. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh manusia untuk mengganggu ketenangannya, kecuali anak manusia, ketika mereka melewati tahap mengerikan yang ingin mengenakan baju bayi kepadanya dan memenjarakannya di kereta bayi.
Telapak-telapak kakinya menyerap getaran bumi yang terkecil sekalipun. Selalu waspada, matanya melihat lebih banyak dari yang bisa dilihat oleh mata manusia. Saat tidur, kucing memasang kelopak mata ketiganya, sebuah tirai yang bening di luar matanya, sehingga tidak ada gerakan yang luput darinya. Seekor kucing selalu memperhatikan, tetapi cukup bijak untuk tidak mengajukan pendapat." (Helen Brown, seperti ditulis dalam buku Cleo; hal.247-248)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Salam Hangat,
Fakta-fakta lain tentang Thabby:
- Di antara sekian banyak kucing yang tinggal di rumah pasangan, hanya ada dua ekor kucing yang nantinya akan masuk ke dalam perjanjian pernikahan kami kelak, kucing yang akan kami bawa untuk tinggal di rumah kami berdua: Thabby—yang lebih terikat kepada saya, dan BJ—seekor kucing jantan yang lebih terikat kepada pasangan saya;
- Disadari atau tidak, Thabby ikut andil dalam memecah kebekuan suasana yang terjadi antara saya dengan pasangan, ataupun saya dengan keluarga pasangan. Setiap kali saya ada konflik dengan pasangan, sikap Thabby yang tiba-tiba melompat ke pangkuan saya akan mencairkan suasana tegang;
- Jika kebetulan saya meninggalkan barang-barang di rumah pasangan, Thabby mengenali bau saya dari barang-barang tersebut, maka Sang Ratu Kucing akan meniduri barang-barang saya yang ada di rumah pasangan, seperti pakaian, atau buku;
- Di antara sekian banyak kucing pasangan saya, Thabby-lah kucing pertama yang bisa menerima kehadiran seekor kucing asing yang baru diadopsi oleh keluarga pasangan saya. Saya menyimpulkan, perasaan kasih sayang Thabby mungkin disebabkan Thabby sudah pernah merasakan penderitaan sebagai seekor kucing terlantar;
- Thabby bukan hanya diperebutkan oleh kucing-kucing jantan yang tinggal di rumah pasangan, tapi juga kucing jantan lain yang kebetulan berada di sekitar rumah pasangan. Pernah suatu ketika, karena saking bersemangatnya mengejar Thabby, si kucing jantan tidak sadar dia telah masuk ke dalam rumah yang merupakan teritori kucing-kucing milik keluarga pasangan saya. Akibatnya, kucing jantan asing itu dikeroyok.
Jika Anda memiliki akun di Facebook, silahkan login dan klik tautan di bawah ini untuk melihat album foto kenangan saya bersama Thabby:
Cecen Core & Thabbyna (tribute to my lovely cat)
Berikut adalah buku-buku yang patut Anda jadikan referensi untuk lebih membuka mata hati akan peranan sahabat manusia berbulu ini. Rasa penasaran saya akan perilaku Thabby membuat saya banyak membaca dan mengkoleksi sebagian besar buku-buku ini di rak perpustakaan pribadi di rumah saya:
- Cleo; Kisah Kucing Cerdas yang Menyembuhkan Trauma Sebuah Keluarga. Karya Helen Brown;
- A Street Cat Named Bob; Persahabatan Seorang Pengamen dan Kucingnya yang Bertahan Hidup dan Menemukan Harapan di Jalanan. Karya James Bowen;
- Kucing Bernama Dickens; Kisah Memikat tentang Kucing yang Membuat Kita Jatuh Cinta. Karya Callie Smith Grant;
- Bumble, Si Kucing Pemberani; dan kisah-kisah sejati lainnya tentang kucing-kucing yang luar biasa. Karya Sam Hay;
- Chicken Soup for the Cat Lover's Soul; Kisah -kisah tentang Kasih Sayang, Misteri, dan Pesona Seekor Kucing. Karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Marty Becker, D.V.M., Carol Kline, dan Amy D. Shojai;
- Oscar Si Kucing Ajaib; kisah nyata seekor kucing yang bisa mengetahui saat-saat terakhir seseorang. Karya David Dosa, M.D.;
- dan berbagai buku dan literatur lainnya yang menceritakan kehebatan kisah makhluk-makhluk berbulu menggemaskan ini dan peranannya dalam kehidupan manusia.
Salam kenal sesama pecinta kucing :-) terharu baca tulisannya, saya juga punya pengalaman dengan kucing saya yg saya beri nama Darsono. Kenapa sy beri nama demikian, karena Darsono ini berbeda dgn kucing2 lainnya yg sering mampir ke rumah saya. Perilakunya lebih mirip manusia ketimbang kucing, dan juga cerdas. Contohnya waktu saya terkunci di luar rumah karena suami ketiduran dia gak dengar saya mengetuk pintu, tiba-tiba Darsono entah dari mana datang mengeong-ngeong sambil berdiri dengan dua kaki dan berusaha menggapai-gapai handel pintu. Mungkin maksudnya dia ingin membukakan pintu untuk saya :-) barulah setelah suami membukakan pintu, dia dengan santainya pergi lagi meninggalkan saya. Barangkali karena majikannya sudah bisa masuk rumah, dia jadi lebih tenang meninggalkan saya :-) memang luar biasa makhluk yang satu ini ya
BalasHapusWah, apa kabar Darsono? Dari namanya aja, kucing ini pasti luar biasa.
HapusSeperti yang saya tuliskan di blog, kucing bisa mempunya ikatan istimewa dengan manusia tertentu yang dipilih menjadi 'tuannya'. Kasus hubungan & interaksi yang rumit ini juga dialami oleh beberapa pecinta kucing yang lain. Mungkin Mbak... (sapa namanya?) perlu membaca buku-buku tentang kucing supaya bisa makin memahami & menyadari kalo Darsono memang istimewa. :-)
baca kisah tentang kucingnya membuat saya terharu.btw, mungkin Thabby terkena distemper, penyakit kucing yang menyerang lambung.
BalasHapuskarena dulu kucing saya juga mati dengan cara begitu,lesu dan tidak nafsu makan.
hingga muntah cairan berwarna kekuningan.
saran saya, saat kucing berusia 4 bln di vaksin dan diberi makan rutin dry food seperti whiskas, proplan maupun makanan yg ada di petshop2.
salam
Wah, makasih udah sempetin baca blog saya.
HapusKematian Thabby jadi pelajaran tersendiri buat saya. Sekarang saya lebih hati2 dalam merawat kucing, termasuk membersihkan tempat makan, dan memberikan tempat makan yang berbeda untuk tiap kucing.
Oh ya, makanan kucing kemasan juga jadi menu rutin kucing-kucing saya sekarang.
Sekali lagi, terima kasih.
Kisah thabby sgt mengharukan bkn gak mau berhenti membaca kisahnya sampai akhir..sy jg pencinta mahluk cantik yg memiliki mata dan bulu yg indah..dirmh km memilik 6 ekor kucing (4 kucing betina +1 betina anggora + 1 jantan lokal) ke 5 kucing terlantar kami dapatkan rata2 diusia babies usia ± 2 - 3 bln suka duka yg tiada taranya ketika melihat tumbuh kembang mrk. 1 kucing pertama kami hilang diusia 1 thn ketika sdg hamil muda...2 kucing kami menderita penyakit 1 epilepsi..(kejang2 ) dan 1 lg traumatis krn terlindas mobil (sy adopt dr vet saat bw kucing ke dokter) lulu namanya kl makan kasar selalu muntah sampe berbusa dan berkali2...sampai skrg diusia hampir 1 thn makannya hrs lembut. ..kami mendapat.kucing anggora dr pacarnya anakku...pas lebaran kemarin 2014 kami diberi berkat 7 ekor anak kucing anggora yg lucu2 dan bln juni 2014 kucing km yg menderita epilepsi melahirkan 4 anak yg sehat2 jadi skrg total kami memiliki 16 ekor kucing ...Puji Tuhan atas rasa bahagia yg mereka berikan bt saya khususnya yg sgt sayang pd mereka semua...smg kucing2 lainnya yg diluar sana bs mendapat kesempatan memiliki teman2 yg baik sprt anda terhadap thabby kucing yg baik hati.....Salam sejahtera.
BalasHapusWah, banyak banget kucing Anda. Tapi kalo saya baca, sepertinya makhluk2 berbulu ini terawat dengan baik.
HapusSemoga semakin banyak kucing yang mendapatkan tempat tinggal dan kasih sayang, dan juga makin banyak orang2 beruntung seperti kita yang mendapatkan berkah dari kucing.
Sukses selalu, Sis!