T.I.P.S. J.K., Prinsip Bekerja yang Berhasil Mengantarkan Saya Meraih Penghargaan Pegawai Berprestasi

Sejak tahun lalu, pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) memaksa kita bekerja dari rumah (work from home) dan membatasi jarak fisik di antara kita. Tetapi, dalam kesulitan pun, selalu ada berkah tersembunyi (blessing in disguise) jika kita mau menggalinya. Justru di saat pandemi, saya lebih leluasa berkarya dengan membuat berbagai konten informasi seputar tugas dan kegiatan instansi tempat saya bekerja, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya II, sebagai unit penyalur dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang ditujukan untuk mengedukasi para pemangku kepentingan (stakeholders) dan masyarakat.

Sebagai administrator website sekaligus content creator media sosial KPPN Surabaya II, bekerja dari rumah justru menjadi kesempatan untuk menggali lebih dalam passion dan menuangkan ekspresi saya di bidang jurnalistik, kehumasan, dan desain grafis. Dengan bekerja (baca: berkarya) dari rumah, saya mendapatkan fleksibilitas waktu yang hampir tidak bisa saya dapatkan saat bekerja dari kantor. Fleksibilitas waktu inilah yang membuat saya bisa leluasa mengeksplorasi ide dan inspirasi. Sampai saat ini sudah relatif banyak artikel dan konten informatif yang saya publikasikan selama bekerja dari rumah.

Senin, 31 Mei 2021, dalam sebuah seremoni sederhana yang diselenggarakan di kantor, saya menerima piagam penghargaan sebagai Pegawai Beprestasi (Pegawai Teladan) KPPN Surabaya II Tahun 2020 dan dinominasikan sebagai Pegawai Berprestasi lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Jawa Timur. Di momen yang sama, saya diminta menyampaikan testimoni di hadapan rekan-rekan kerja tentang keberhasilan saya terpilih sebagai Pegawai Berprestasi. Kesempatan itu saya gunakan untuk berbagi tentang prinsip kerja yang selalu saya gunakan, yaitu T.I.P.S. J.K. (baca: TIPS JK) yang merupakan akronim dari Tanggung Jawab; Inisiatif; Produktif; Satu per satu (Fokus); Jangan Menunda; dan Komitmen/Konsisten.

Sejalan dengan prinsip saya yang lain: Do the best and God will take rest, maka sejatinya penghargaan ini adalah sebuah bonus—pengakuan—atas metode kerja yang saya terapkan karena tujuan saya berkarya bukan untuk memperoleh penghargaan, tetapi agar membuat saya tetap produktif, tetap bertumbuh, dan untuk membuat otak selalu bekerja. Dengan kata lain, produktif dan bertumbuh adalah sebuah kebiasaan yang selalu saya kembangkan hingga saat ini, kapan pun dan di mana pun. Sejatinya, tetaplah menghargai proses dan usaha maksimal yang telah kita lakukan. Dengan berproses, berarti kita terus bertumbuh.


Piagam Penghargaan Pegawai Teladan KPPN Surabaya II a.n. Arisandy Joan Hardiputra


Dalam buku Atomic Habits karya James Clear, dijelaskan bahwa untuk menerapkan kebiasaan baik, alih-alih berfokus pada hasil/target yang ingin kita raih, sebaiknya bertindak dan bersikaplah sebagai sosok yang Anda inginkan. Misalnya: jika Anda seorang perokok yang sedang dalam proses untuk berhenti merokok, maka sebaiknya tidak menetapkan tujuan untuk berhenti merokok, melainkan bersikaplah seolah Anda bukan perokok. Atau contoh lain, jika Anda menginginkan bentuk tubuh yang ideal, bersikaplah seolah Anda adalah orang yang bergaya hidup sehat. Setiap kali Anda mau melakukan atau tidak melakukan sesuatu, tanyakan kepada diri Anda sendiri, "Apa yang orang sehat lakukan/makan/tidak lakukan?" 

Jika Anda menetapkan tujuan, maka saat tujuan itu tidak berhasil Anda raih, justru yang terjadi adalah kemungkinan munculnya rasa kecewa dan demotivasi. Dalam hal ini, jika saya menetapkan penghargaan sebagai tujuan, maka seharusnya sejak dua tahun lalu saya mendapatkannya. Selama dua tahun terakhir saya selalu menolak dinominasikan sebagai Pegawai Berprestasi karena merasa belum pantas. Apalagi menurut saya, masih ada pegawai senior yang secara kinerja juga kompeten. Lagipula saya baru bergabung di KPPN Surabaya II awal tahun 2018, jadi saya juga merasa belum cukup banyak peran yang saya lakukan. Apakah saya kecewa? Tidak, karena penghargaan atau pengakuan bukanlah tujuan saya bekerja. Alih-alih untuk memperoleh pengakuan, saya selalu ingin menjadi pribadi yang menonjol di tempat kerja. Maka yang saya lakukan adalah menerapkan T.I.P.S. J.K. berikut:


Tanggung Jawab

Dalam bekerja, kita perlu mengemban tanggung jawab. Kita harus bersyukur di masa pandemi, saat banyak orang lain kehilangan pekerjaan, kita masih memiliki sumber penghasilan. Apalagi sebagai Pegawai Negeri Sipil yang merupakan pelayan masyarakat, sumber penghasilan kita bersumber dari APBN yang salah satu unsurnya adalah pajak yang dipungut dari masyarakat. Bertanggung jawab berarti memiliki integritas dalam menjalankan profesi. Kita menuai apa yang kita tanam, jadi hasil kerja kita bisa mencerminkan sebesar apa tanggung jawab kita. Dengan adanya rasa tanggung jawab, sebuah pekerjaan bukan hanya sekadar diselesaikan, tetapi juga dipastikan kebenarannya. Jangan pernah melempar pekerjaan kepada rekan kerja hanya karena kita merasa malas! Jika Anda memupuk rasa malas, Anda adalah orang yang gagal.


Inisiatif

Meskipun bekerja sebagai sebuah tim, jadilah inisiator yang memulai, dan pionir yang menggerakkan. Jadilah pribadi yang kreatif yang selalu menemukan cara membuat pekerjaan bukan hanya lebih sekadar selesai, tetapi juga lebih mudah dipahami. Di masa awal bertugas di KPPN Surabaya II, saya diberikan tugas dan peran sebagai Operator dan Verifikator Penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik serta Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk wilayah Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur. Saat itu, saya tahu bahwa tugas inilah yang paling dihindari di KPPN karena dirasa sulit (atau mungkin hanya takut karena melibatkan uang triliunan rupiah yang mesti dikelola secara cermat).

Saat itu, penyaluran DAK Fisik dan Dana BOS merupakan bidang tugas baru di KPPN, jadi minim sekali petunjuk dari petugas lama yang telah dimutasikan ke unit kerja lain. Akhirnya saya belajar secara otodidak. Dan karena banyak rekan di KPPN lain yang juga merasa kesulitan, maka saya berinisiatif menulis artikel tentang tutorial penyaluran DAK Fisik dan Dana BOS melalui Aplikasi Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OMSPAN). Artikel ini diduplikasi oleh KPPN lain dan menjadi rujukan. Saya juga berinisiatif membuat sistem monitoring sendiri melalui program Ms. Excel untuk memudahkan pengawasan. Semua hasil pemikiran saya mengenai seluk beluk pelaksanaan tugas istimewa ini saya tuangkan melalui artikel yang dipublikasikan melalui Forum Kajian Perbendaharaan, sebuah media publikasi literasi resmi milik DJPb.

Hasilnya, laporan monitoring dan evaluasi penyaluran DAK Fisik dan Dana BOS KPPN Surabaya II yang saya susun jadi satu-satunya laporan di Jawa Timur yang memenuhi kaidah penyusunan yang ditetapkan oleh Kantor Pusat DJPb. Saat itu, saya menerima banyak permintaan salinan laporan tersebut dari banyak KPPN lain, termasuk KPPN di luar provinsi, bahkan dari KPPN di luar pulau Jawa. Padahal mereka bisa saja menyusun laporan yang sama, tetapi namanya juga manusia yang saat ini maunya serba instan, kalo bisa copas (copy-paste) saja kenapa harus repot?! Selain itu, saya juga terpilih sebagai kontributor terbanyak kategori Pelaksana pada Forum Kajian Perbendaharaan dan mendapatkan undangan khusus dari Kantor Pusat.

Contoh inisiatif lain yang selalu saya lakukan adalah meningkatkan jenama (brand) dan membangun reputasi instansi tempat saya bekerja. Saat bertugas di Kota Medan dan Banda Aceh, saya selalu mengembangkan konten website dan media sosial instansi. Saya percaya, dengan branding yang baik, maka reputasi yang baik juga akan terbangun, dan dengan reputasi yang baik, maka kesempatan meraih prestasi akan datang dengan sendirinya. Lagipula, di tempat tugas saya yang mengharuskan berpindah-pindah, akan sangat bagus apabila kita meninggalkan warisan yang berkesan baik dan bisa terus dikembangkan oleh generasi penerus.

Inisiatif bisa juga berati inovatif, yaitu apabila kita menciptakan sesuatu hal baru yang memudahkan pekerjaan, atau apabila metode yang kita gunakan menyempurnakan metode yang sebelumnya digunakan.


Produktif

Bagi saya, pengertian produktif bukanlah bekerja tanpa henti, melainkan selalu bisa menghasilkan karya dengan efektif dan efisien. Jika sebuah pekerjaan bisa diselesaikan sesingkat mungkin, kenapa harus dibuat lama?! Jika sebuah metode bisa dilakukan secara efektif, kenapa harus dibuat kompleks?! Produktif berarti membuat otak kita terus bekerja, jika otak kita terus bekerja, maka kita tak akan berhenti bertumbuh. Bahkan di saat jam rehat pun Anda masih bisa produktif. Saya terbiasa tetap bekerja di jam istirahat sambil mendengarkan musik; saya juga bisa membaca satu hingga tiga buku setiap akhir pekan. 


Satu per Satu (Fokus)

Mengerjakan beberapa tugas sekaligus (multitasking) tak sesuai dengan prinsip dan metode tugas saya. Dengan mengerjakan satu tugas, kita bisa fokus dan memberikan yang terbaik dari kemampuan kita. Ingatlah, setiap tugas yang Anda selesaikan merupakan portofolio karya Anda. Selayaknya seorang seniman, dalam output tugas tersebut, ada jiwa Anda di dalamnya, hasil tugas itu adalah refleksi kompetensi dan kemampuan Anda. Jadi, tidak semestinya Anda menampilkan impresi yang buruk di mata atasan dan kolega kan?! Perlu diingat, multitasking berbeda dengan multitalent. Anda boleh jadi memiliki kelebihan di beberapa bidang, tetapi sebaiknya selesaikan satu dulu satu pekerjaan, sebelum beralih ke yang lain.


Jangan Menunda

Seperti yang saya tulis sebelumnya, jika Anda dikenal sebagai pemalas, maka Anda adalah orang yang gagal. Menunda pekerjaan hanya akan merusak ritme, fokus, dan mood bekerja. Jika Anda sudah merasa produktif, Anda sudah berada di jalur yang benar. Langkah selanjutnya adalah meningkatkan produktivitas Anda. Ingat, jangan menyamakan menunda dengan mengambil rehat. Mengambil rehat berarti beristirahat sejenak agar bisa kembali produktif saat memulai kembali. Menunda berarti Anda sama sekali tidak produktif. Lagipula, mengambil rehat bukan berarti berhenti berkarya. Saya biasa mendengarkan musik sambil tetap berkarya di jam istirahat makan siang.


Komitmen/Konsisten

Percuma Anda menerapkan metode-metode di atas jika tidak dilakukan secara konsisten alias Anda harus berkomitmen melakukannya. Berkomitmen untuk konsisten berarti membangun kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk seperti bermalas-malasan, suka menggosip, dan tidak menaati jam kerja. Banyak buku yang membahas tentang cara membangun kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk, Atomic Habits hanyalah satu diantaranya; saya juga merekomendasikan buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey. Komitmen dan konsisten berarti berdisiplin menerapkannya dalam jangka panjang dan kontinu. Saya menuliskan esai tentang kedisiplinan sebagai salah satu persyaratan nominasi Pegawai Berprestasi. Anda bisa membaca esai saya di tautan berikut:

Tulisan terkait: Disiplin Membangun Citra Diri dan Organisasi (Personal and Corporate Branding)


Saya hanya membagikan prinsip saya dalam bekerja di tulisan ini sehingga bisa mengantarkan saya meraih penghargaan sebagai Pegawai Berprestasi. Pada akhirnya keputusannya terserah Anda, apakah Anda akan menduplikasinya, mengembangkan prinsip kerja sendiri hingga menjadi pribadi yang menonjol, atau menjadi medioker alias biasa saja. Jika Anda memilih opsi terakhir, mungkin Anda orang yang gagal, karena seharusnya hidup ini luar biasa. Kehidupan harus menginspirasi! Bagaimanapun, tak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki diri dan terus bertumbuh.


Arisandy Joan Hardiputra - Pegawai Teladan KPPN Surabaya II
Penulis menyampaikan testimoni dan berbagi tentang T.I.P.S. J.K. saat seremonial penyerahan piagam penghargaan Pegawai Berprestasi (Pegawai Teladan) KPPN Surabaya II






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takdirmu Tidak Akan Melewatkanmu

27 Oktober: Hari Blogger Nasional

Pengalaman Liburan ke Ancol dan Menginap di Discovery Hotel and Convention