Persebaya Juara Piala Kapolres Probolinggo: Bajul Ijo Bangkit Kembali?

Setelah sekitar tiga tahun mati suri akibat kebobrokan manajemen PSSI, Persebaya akhirnya terlahir kembali dengan mengikuti turnamen resmi dan meluncurkan maskot klub baru yang lebih segar bernama Jojo. Hebatnya lagi, Persebaya tampil sebagai juara.

Jojo Maskot Klub Persebaya
Jojo, Maskot Baru Klub Persebaya. Sumber: emosijiwaku.com


Setelah eksistensinya dibekukan di ranah persepakbolaan tanah air oleh PSSI, Bonek—kelompok pendukung Persebaya (1927)—tak henti-hentinya berjuang mereformasi PSSI dan mengembalikan eksistensi Persebaya. Salah satu bentuk perjuangan tersebut adalah memboikot pertandingan Persebaya kloningan, yang sebenarnya adalah klub Persikubar yang seluruh pemainnya dipindahkan ke Surabaya untuk membentuk klub baru yang juga bernama Persebaya.

Setelah terjadinya kekisruhan di ranah persepakbolaan tanah air, memang sempat terjadi dualisme Persebaya, yaitu Persebaya 1927 yang sempat berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI) dan Indonesian Premier League (IPL), serta Persebaya kloningan yang baru terbentuk hasil akuisisi (atau mungkin hostile take over?) Persikubar yang berlaga di Divisi Utama dan Indonesia Super League (ISL).

Perjuangan tak kenal menyerah nan revolusioner melahirkan beberapa hasil positif, seperti dibekukannya PSSI oleh Pemerintahan Kabinet Kerja pimpinan Presiden Jokowi sebagai momentum untuk reformasi PSSI; diakuinya hak paten atas logo dan merek Persebaya versi PT. Persebaya Indonesia yang kemudian memaksa Persebaya kloningan di bawah naungan PT. Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) berganti nama dan logo (plus kelabakan karena terancam pailit); dan tentu saja kelahiran kembali klub kebanggaan arek-arek Suroboyo dan Bonek.


Setelah diterbitkannya sertifikat atas hak paten dan merek Persebaya oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, para pemain Persebaya kembali rutin menjalani latihan. Klub yang bermarkas di jalan Karanggayam Kota Surabaya juga mengikuti turnamen segitiga bertajuk Piala Kapolres Probolinggo. Selain Persebaya, turnamen juga diikuti oleh Persewangi dan Probolinggo United selaku tuan rumah. Meski hanya turnamen uji coba, namun ajang ini paling tidak merupakan momentum kelahiran kembali Persebaya setelah vakum lebih-kurang 3 tahun.

Mengandalkan kombinasi pemain senior dan para pemain muda binaan akademi Persebaya, awalnya Bajul Ijo sempat kesulitan dan harus menyerah di pertandingan perdana melawan Persewangi melalui drama adu penalti. Namun klub yang sarat sejarah dan prestasi ini seketika bangkit dan mengalahkan tim tuan rumah melalui gol semata wayang pemain asing Cristian "Spider-Man" Carrasco. Sebelumnya tim tuan rumah berhasil membekuk Persewangi. Alhasil, Persebaya mengoleksi poin terbanyak dan dikukuhkan menjadi juara.

Persebaya Juara Piala Kapolres Probolinggo
Persebaya juara Piala Kapolres Probolinggo. Sumber: beritajatim.com


Apa makna di balik keberhasilan Persebaya menggondol Piala Kapolres Probolinggo? Salah satunya tentu saja, harapan besar kembali muncul perihal kebangkitan kembali klub kebanggaan arek-arek Suroboyo. Keberhasilan ini tentunya menjadi refleksi bagaimana Persebaya masih memiliki nilai jual dan haus prestasi. Meski ditinggal beberapa pemain bintangnya macam Andik Vermansyah dan Taufiq, klub ini masih menyimpan potensi yang luar biasa. Diharapkan investor dan sponsor besar akan tertarik untuk membantu pendanaan kegiatan operasional klub. Terkait profit, mereka tak perlu khawatir karena animo Bonek tak perlu dipertanyakan; tak ada kelompok supporter lain yang begitu fanatik sampai-sampai rela pensiun menginjakkan kaki di stadion selama bertahun-tahun hanya demi menanti klub kebanggaan mereka kembali berlaga. Di mana pun Persebaya berlaga, Bonek akan mendampingi. Moto 'Loyalitas Tanpa Batas' jelas milik Bonek, tak ada kelompok supporter lain yang memiliki 'roso nduweni' semacam ini.

Persebaya Juara Piala Kapolres Probolinggo
Bonek mengarak Piala Kapolres Probolinggo sesaat setelah Persebaya juara. Sumber: emosijiwaku.com


Selama kurun waktu sekitar tiga tahun itu telah membuat Bonek banyak belajar dan memperbaiki citra diri; tak ada lagi kerusuhan, hanya ada aksi-aksi damai, dan berbagai macam kegiatan positif lainnya. Bahkan saat terjadi sweeping kendaraan pelat nomor L (wilayah Surabaya) dan W (wilayah Sidoarjo) yang diduga dilakukan oleh Aremania—musuh bebuyutan Bonek—di Malang, Bonek membalasnya secara elegan dengan membagi-bagikan bunga kepada para pengendara pelat N (wilayah Malang) yang melintas di Surabaya.

Bahkan, di saat absen sementara dari mendukung klub kebanggaannya, Bonek tetap mengisi waktu dengan berkreasi positif, salah satunya dengan menciptakan dan mengenalkan maskot klub baru bernama Jojo yang menyerupai bajul ijo (buaya hijau) secara harfiah. Selain sebagai maskot klub, Jojo juga membawa dan mengantarkan pesan damai dan antirasis kepada para Bonek, khususnya para Bonek cilik. Ada banyak cara mendukung Persebaya, dan rasisme bukan merupakan bagian di dalamnya. Jojo sering terlihat membagi-bagikan bunga dan cokelat kepada masyarakat dan anak-anak pada berbagai event dan kesempatan.

Jojo Maskot Klub Persebaya
Jojo, Maskot Baru Klub Persebaya. Sumber: digital.jawapos.com


Bayangkan bagaimana jadinya jika Gelora Bung Tomo hidup kembali dan seluruh tribun dipenuhi Bonek, tiket pun akan ludes terjual. Bonek menjadi jaminan mutu loyalitas, sebuah pangsa pasar yang luar biasa besar. Lihat saja tatkala Stadion Bayuangga di Probolinggo tak sanggup menampung ribuan Bonek yang tentu saja jumlahnya bahkan melebihi supporter tuan rumah. Sudah saatnya Gelora Bung Tomo membuka kembali gerbangnya untuk Bonek dan Persebaya, mereka sudah siap bangkit kembali!

Sudah saatnya saya mengeluarkan kembali syal dan atribut Bonek yang selama tiga tahun ini tersimpan di lemari,... saya selalu siap!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

27 Oktober: Hari Blogger Nasional

Cerita Liburan Long Weekend di Kota Bandung Bersama Keluarga

Seandainya Dahulu Saya ... (Sebuah Penyesalan)