Kaos Ninja Rasis dan Diskriminatif: Kesombongan ala Ninjers

Jika Anda seorang biker seperti saya, khususnya pembesut motor Kawasaki Ninja (Ninjers), Anda pasti mengetahui fenomena 'Kaos Ninja' yang kini banyak bermunculan, khususnya di dunia maya sebagai salah satu produk online shop. Dari segi kreativitas dan seni, kaos ataupun t-shirt yang menampilkan tulisan yang membangga-banggakan tentang motor Ninja memang patut diacungi jempol. Tapi lain ceritanya apabila kaos dimaksud malah memuat tulisan yang sedikit rasis, atau mungkin diskriminatif seperti:  Cuma cewek cantik yang boleh bonceng Ninja gue; Jangan ngaku cantik kalo belum bonceng Ninja gue; Lo cinta gue atau cinta Ninja gue?; Gara-gara ngapel pake Ninja, jadi disayang mertua; Mantu ideal adalah seorang Ninjers; Cowok setia cuma yang bawa Ninja; Asal bisa nyusul Ninja gue, lewat aja!; Jangan ngaku anak klub kalo gak pernah ikut touring; dan sebagainya, adalah beberapa contoh kaos diskriminatif yang saya maksudkan. Bagi saya, tulisan-tulisan tersebut sangat tidak bernilai seni, melecehkan perempuan, merendahkan bikers pengguna motor lain, murahan, merendahkan dan meremehkan anggota klub atau komunitas motor, dan jujur saja... memuakkan!

Adalah hal yang sangat wajar merasa bangga menjadi seorang Ninjers atau memiliki motor sekelas Kawasaki Ninja. Menjadi tidak wajar saat rasa bangga menjadi sebuah kesombongan lalu mendiskreditkan jenis motor lain. Bahkan, tak perlu memiliki motor Kawasaki Ninja untuk merasa bangga. Banyak hal positif lain yang nilainya lebih dari sekedar motor untuk dibanggakan. Apapun jenis motornya, sebuah motor tetap saja masih bernilai nominal, tetapi sebuah kebanggaan sejati tak akan pernah bisa dinilai dengan materi. Kebanggaan seperti ini kebanyakan tidak berwujud materi pula. Jika kita berbicara dalam lingkup bikers, bahkan seorang biker yang hanya memiliki 'motor butut', bisa merasa bangga. Butut bagi kita, belum tentu butut pula bagi pemilik atau orang lain. Malahan, motor butut bisa saja berharga melebihi sebuah motor Kawasaki Ninja jika dinilai dari mata seorang kolektor 'motor butut'.

Saya sangat beruntung karena saya tercatat sebagai anggota resmi NINJA OWNERS CLUB (NOC) MEDAN. Sebuah klub motor Ninja di mana para anggotanya (baca: rekan-rekan saya) memiliki pola pikir dan pemikiran yang dewasa pula. Di NOC MEDAN, kami menganggap sebuah motor Ninja adalah 'kuda besi' kebanggaan, bukan materi yang layak disombongkan. Kami memodifikasi dan merombak tampilan dan performa motor kami semata-mata untuk memuaskan hasrat akan kegemaran kami yang lain: Balap atau touring/adventure (baca blog tentang modifikasi Kawasaki Ninja saya di blog berjudul: Kawasaki Ninja 150R EVILution Edition by Cecen Core). Kami tak pernah menyetujui—apalagi mengenakan—kaos diskriminatif tersebut. Malahan, kami menertawakannya... dalam artian sinis. Bagi kami, apapun jenis motor atau bagaimanapun rupanya, seorang manusia tetaplah tidak bisa dinilai melalui mata seorang Ninjers picik. Bagaimana tidak picik jika mereka mendukung vandalisme seperti:


Cuma Cewek Cantik yang Boleh Bonceng Ninja Gue

Menurut mereka: Kami ini Ninjers, motor kami mahal dan kami berhak memilih wanita yang akan kami jadikan boncengers (pembonceng), jadi jika kalian—para wanita—tidak memiliki wajah yang rupawan (baca: jelek, gendut, item, buruk rupa, dan sebagainya), sebaiknya mimpi saja kalau mau bonceng di motor Ninja kami.

Arti sebenarnya: MerekaNinjers picik—telah memandang rendah para wanita. Mereka pikir lebih berhak menilai bagaimana rupa seorang wanita dibandingkan wanita itu sendiri, orang-orang terdekatnya, atau bahkan Tuhan. Secara tidak langsung mereka telah membuat filtrasi terhadap para wanita: mana yang pantas atau tidak pantas untuk mereka ajak 'kencan'.

Keinginan saya: Buat kaos tandingan untuk para wanita dengan tulisan balas menantang: Gue cantik tapi gue ogah bonceng Ninja lo. Atau untuk para pria: Cewek gue cantik tapi doi kagak bakalan mau bonceng di Ninja lo.


Jangan Ngaku Cantik Kalo Belum Bonceng Ninja Gue

Menurut mereka: Kami berhak menilai rupa dan kebiasaan para perempuan. Kami ini kaum eksekutif sehingga para perempuan—yang menurut kami, cantik—wajib membonceng di motor Ninja kami.

Arti sebenarnya: Mereka—para Ninjers picik—secara tidak langsung justru merendahkan posisi mereka sendiri sebagai Ninjers. Dalam artian, mereka tidak sanggup mendapatkan wanita cantik untuk dijadikan boncenger.

Keinginan saya: Buat kaos tandingan untuk para perempuan dengan tulisan balas menantang: Gue cantik tapi gue ogah bonceng di Ninja lo. Atau untuk para pria: Cewek gue cantik tapi doi kagak bakalan mau bonceng di Ninja lo.


Lo Cinta Gue Atau Cinta Ninja Gue?

Menurut mereka: Motor kami berharga mahal dan menurut kami lebih berharga daripada pasangan kami. Jadi, jika kalian—para wanita—keberatan, silakan pergi, kami masih bisa mendapatkan lebih banyak wanita (untuk 'dikencani').

Arti sebenarnya: Mereka—para Ninjers picik—menganggap semua perempuan adalah materialistis, termasuk pasangan mereka sendiri. Mereka tidak pernah percaya kepada pasangannya dan selalu berpikir negatif tentang pasangannya. Menurut saya, justru Ninjers yang berfikir demikian dia tidak layak disebut sebagai Ninjers karena—seperti yang dikatakan oleh Mario Teguh—cuma cowok kere yang bilang cewek itu matre. Harusnya Ninjers itu eksklusif, bukan kampungan!

Keinginan saya: Buat kaos tandingan bagi para pasangan perempuan dengan tulisan menantang, seperti: Trus kalo lo punya Ninja, gue musti bilang 'Wow' gitu?! Atau untuk para pria: Kalo lo udah gak demen cewek lu, sini buat gue aja!, atau:  Gue gak punya Ninja, tapi gue gak mandang rendah cewek. Alternatif lain: Baru punya Ninja 250 (atau 150) aja belagu!


Gara-gara Ngapel Pake Ninja, Jadi Disayang Mertua

Menurut mereka: Motor kami keren dan harganya mahal. Jadi, mertua pasti mendukung seandainya kami jadi pasangan putri mereka.

Arti sebenarnya: Ini adalah bentuk pelecehan terhadap orang tua perempuan yang menjadi pasangannya. Menurut mereka—para Ninjers picik, orang tua wanita adalah tipe materialistis dan tak mampu menggunakan logika dengan baik karena hanya melakukan penilaian terhadap harta (baca: cuma motor). Satu hal yang membingungkan saya: Bagaimana mungkin sudah jadi mertua kok masih ngapel? Kata 'Mertua' kan digunakan untuk pasangan yang sudah menikah. Ah, satu bukti lagi bahwa Ninjers kampungan memang tak berotak!

Keinginan saya: Buat kaos tandingan dengan tulisan: Cuma karena lo bawa Ninja, bukan berarti lo bisa ngelecehin ortu gue! Atau: Kalo lo cowok sejati, sekali-kali ngapel naik becak, jangan Ninja doank!


Cowok Setia Cuma yang Bawa Ninja

Menurut mereka: Kami bukan cuma punya motor yang—menurut kami—mahal dan keren, tapi kami juga setia. Tawaran apa yang bisa lebih bagus dari itu?

Arti sebenarnya: Semakin mereka—para Ninjers picik—mengklaim dirinya sebagai cowok yang setia, semakin membuktikan bahwa dirinya hanyalah ber-omong kosong. Rasa kesetiaan terhadap pasangan seharusnya dibuktikan dengan perbuatan, bukan diumbar dengan omong kosong. Lagipula, dari pengamatan saya selama bertahun-tahun terhadap Ninjers, mayoritas dari mereka adalah playboy yang suka bergonta-ganti pasangan.

Keinginan saya: Buat kaos tandingan dengan tulisan menantang, seperti: Cowok bawa Ninja rata-rata playboy, Lo bawa Ninja bukan berarti lo setia, bego!


Mantu Ideal Adalah Seorang Ninjers

Menurut mereka: Kami punya motor Ninja dan kami berhak menilai diri kami sendiri bahwa kamilah gambaran mantu ideal bagi orang tua kalian—para wanita.

Arti sebenarnya: Mereka—para Ninjers picik—merasa berhak menilai diri mereka dan mengatur apa yang terbaik untuk para perempuan pasangannya dan orang tuanya. Mereka membanggakan diri mereka sendiri (baca: menjadi sombong). Tipe pria seperti ini adalah pria yang egois dalam arti yang sebenarnya.

Keinginan saya: Buat kaos tandingan dengan tulisan: Mantu ideal bukan cuma seorang Ninjers.


Asal Bisa Nyusul Ninja Gue, Lewat aja

Menurut mereka: Motor kami kencang dan kami adalah raja jalanan. Jadi, motor kalian—yang murahan—pastilah tak mampu mengejar motor kami. Coba saja lewat kalau kalian bisa!

Arti sebenarnya: Ini adalah hal yang sering terjadi dan sering saya temui di jalanan, ironisnya, di antara rekan-rekan sesama klub Ninja sendiri. Motor Kawasaki Ninja memang memiliki performa yang mumpuni. Namun, tetap tidak bisa mengabaikan fakta bahwa jalan raya bukan sirkuit dan masih tetap saja ada motor lain yang performa ataupun skill rider-nya di atas milik kita. Seperti kata pepatah: Di atas langit, masih ada langit.

Keinginan saya: Buat kaos tandingan dengan tulisan balas menantang: Kalo lo ngerasa Ninja lo kencang, buktikan di sirkuit. Gue tungguin!


Jangan Ngaku Anak Klub Kalo Gak Pernah Ikut Touring

Menurut mereka: Sebagai seorang anggota (baca: anak) klub motor, idealnya seorang bikers (bukan hanya Ninjers) harus mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh klub/komunitasnya. Salah satunya adalah touring. Jadi, menurut kami, seorang bikers hanya bisa disebut bikers sejati jika dia pernah ikut touring.

Arti sebenarnya: Bagi saya, menjadi seorang anggota klub/komunitas motor tentunya tidak sesederhana itu. Kita tidak bisa menilai negatif rekan kita di klub/komunitas hanya karena yang bersangkutan belum pernah ikut touring. Tidak semua klub/komunitas motor memiliki anggota yang punya waktu senggang setiap saat, masing-masing punya kesibukan karir ataupun keluarga dan, tentunya, berbagai macam halangan lainnya yang membuat mereka terpaksa melewatkan touring. Selain itu, masing-masing anggota memiliki tujuannya sendiri untuk bergabung dalam suatu klub/komunitas. Mungkin ada yang memang penggila touring atau petualangan, tetapi tidak tertutup kemungkinan mereka adalah pencinta kecepatan atau balap. Dengan bergabung di suatu klub/komunitas diharapkan setiap bakat dan potensi anggota klub akan tersalurkan dalam artian yang positif.

Seperti di NOC MEDAN, masing-masing individu memiliki bakat dan minatnya masing-masing. Karena itu kami selalu membagi waktu antara berlatih balap dan touring. Bahkan, kami juga terkadang hanya nongkrong, berbagi ilmu tentang motor Ninja, dan juga berwisata kuliner. Hei, siapa bilang klub motor harus melulu soal motor? Just enjoy! Bahkan, di NOC MEDAN, kopdar rutin bukanlah suatu kewajiban. Dari awal klub ini memang didirikan untuk menjadi wadah bersenang-senang dan berbagi ilmu, bakat, dan minat antar sesama Ninjers. Tetapi justru hal itulah yang membuat saya tidak sabar menanti hari Jumat, saat dimana saya bertemu dan berbagi dengan sahabat-sahabat saya. Klub/komunitas motor yang baik adalah yang bisa memenuhi semua bakat dan minat anggotanya tanpa adanya unsur pemaksaan. Ah, lagipula dari awal saya dan rekan-rekan saya tidak menyetujui sebutan 'Anak Klub'. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah klub yang merekrut 'anak-anak' sebagai anggotanya?

Keinginan saya: Buat kaos tandingan dengan tulisan menantang: Kalo gue gak pernah ikut touring trus lo mau apa? Atau: Mendingan gabung ke klub yang gak cerewet & memaksa anggota, Lo pikir klub motor cuma melulu soal touring?!; dan sebagainya.

====================================================

Jadi, sebenarnya tidak masalah apapun jenis motor Anda. Yang terpenting adalah bagaimana karakter dan kepribadian Anda. Percuma punya motor bagus dan mahal jika jiwa Anda masih kekanak-kanakan atau seperti preman kampungan. Malu sama motor dan umur, Bung! Ninjers yang mengenakan kaos diskriminatif justru akan mencoreng reputasi Ninjers lainnya dan klub Ninja. Semua pengguna jalan memiliki hak dan kewajiban yang sama. Hak untuk merasa aman dan nyaman di jalanan, serta kewajiban untuk menghargai pemakai jalan (baca: riders) lain, dan memberikan rasa aman dan nyaman di jalanan. Sebaliknya, saya sangat mendukung apabila para kreator seni mendesain kaos untuk bikers—khususnya Ninjers—yang berisikan tulisan-tulisan positif yang sifatnya memotivasi. Seperti misalnya: Gak zaman lagi pake Ninja ugal-ugalan di jalanan; Gue Ninjers dan gue sayang sama cewek gue; atau yang lebih 'menggigit': Maaf, klub motor gue gak terima 'anak-anak'!

Cecen Core & Ducati Monster
Ducati Monster, salah satu jenis motor yang lebih pantas dibuat belagu ketimbang Ninja 150 atau 250.


Bagi para wanita, sebaiknya lebih mengutamakan logika karena bagaimanapun kerennya pasangan Anda dengan motornya, akan sangat percuma dan disayangkan apabila cowok idaman Anda ternyata tanpa (mau) Anda sadari justru melecehkan Anda. Don't be so pathetic, grew up! Dan terakhir... no offense, tulisan ini tidak bermaksud menyinggung siapapun, hanya sekedar luapan ekspresi dan mencoba membuka mata hati dan pemikiran kita terhadap hal-hal yang terjadi di sekeliling. Sikapi dengan bijak. Bagi para Ninjers yang tersinggung.... grew up, dude!


Salam truly brotherhood,

Cecen Core


Komentar

  1. Kalo saya yang penting gak merugikan pengguna jalan yang lain mas, percuma motor bagus dan harganya mahal tapi gak punya etika berkendara mending jalan kaki aja. Oia satu lagi yang penting isi dompetnya hahahahaha..... (just kidding)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tepat, saya setubuh... eh, setuju bgt sama Mas Arie. Apapun motornya, yang penting etikanya. Percuma motor keren tp otak gak dipake di jalanan.

      Hapus
  2. hahaha... ''anak-anak'' koq naik ninja... berasa paling kencang di jalanan kota medan, yang beneran kencang aja cuma bisa cengar-cengir liat kelakuannya.. noh ikutan IRS Sentul kalo emang beneran kencang hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, bener2, Bro Erwin!
      Saya suka kalimat 'Anak-anak kok naik Ninja' & 'Yang beneran kenceng aja cuma bisa cengar-cengir'.
      Semoga kita bisa lebih bijak di jalanan.

      Hapus
  3. Wah.. Wahh... Saya sehati dan sepemikiran sekali dengan Bang Cecep ini. :)

    Seandainya saya punya kesempatan untuk bertemu Bang Cecep, apa yang ingin saya perbincangkan dengan Bang Cecep sudah menjadi sebuah blog dengan artikel panjang. Hehehe..

    Senang sekali bisa berteman dengan orang yang satu hati dan satu pemikiran seperti Bang Cecep. Mudah2an suatu saat kita bisa bertemu dan berbagi secara nyata. :)

    Salam sukses selalu Bang dari saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... makasih, Brother! Saya juga senang kalo masih ada Ninjers lain yang rendah hati juga di luar sana.
      Sukses juga deh buat Brother Lukman.
      Tapi nama saya Cecen, pake N, bukan Cecep. ;-)

      Hapus
  4. menurut saya sih terserah pake kaos apa aja yang penting save ride aja. soalnya gw jg pake kaos yang bertulisan "jangan ngaku cantik kalo belum naik ninja gw" buat joke2an aja bkn buat sombong2an hehehe. gw jg bkn rider yg suka touring cuma pengendara ninja biasa yg bolak balik rumah-kantor hehehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo safety ride jelas elemen terpenting ketika riding, disamping safety gear juga.
      Kalo soal joke2an itu sifatnya relatif. Mungkin bagi Brother itu hanya sebuah joke, tapi terkadang menyakitkan atau menyinggung perasaan orang lain (mungkin mereka yang gak mampu beli motor Ninja, cewek2 yang merasa rendah diri, dll).
      Jadi, alangkah baik kalo kita tidak ikut2an trend & pola pikir negatif dengan mengenakan kaos provokatif.

      Hapus
  5. tergantung penilaian org kk, sya yakin yg bikin kaos itu gak bermaksud negative

    nice thread

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, Brother.
      Memang tergantung penilaian orang sih, dan penilaian saya mereka itu emang diskriminatif. Kenapa gak buat kaos yang tulisannya persuasif ketimbang provokatif?!

      Hapus
  6. Setuju bangeeeeeeettt......

    BalasHapus
  7. Cuman sayangnya ada satu Pic yg justru bikin tulisan ini "basi", kesannya memang jd kebalik sih...Foto lu mejeng bareng "DUCATI lo" dan sekelumit kalimat di bawahnya...wah...malah kesannya "lu sakit hati ama Ninjers...it's ok, krn semua memang subyektif...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kayaknya Bro Acep ini salah satu orang yang mendukung diskriminasi yang dilakukan oleh pemakai maupun produsen kaos diskriminatif itu ya?!
      Pertama, Bung... saya juga adalah seorang Ninjers, itu kan ada foto saya di atas motor Ninja saya. Hanya saja, meskipun saya seorang Ninjers dan juga founder salah satu komunitas motor Ninja di Medan (yang kebetulan juga 'franchise' dari salah satu klub motor Ninja terbesar se-Indonesia), saya tidak setuju dengan adanya tulisan2 diskriminatif atau vandalisme tentang peranan bikers, pengguna jalan lain, dan lawan jenis yang seenaknya bisa dihargai secara materi seharga motor Kawasaki Ninja.

      Kedua, itu bukan Ducati Monster saya. Kebetulan klub saya -sebagai salah satu komunitas motor Ninja di Kota Medan- mendapat undangan grand launching showroom Ducati. Momen itu saya gunakan untuk berfoto dengan Ducati Monster yang harganya ratusan kali lipat dari Ninja saya. Kebetulan itu contohnya Ducati, kalo ada saya lebih milih Ninja ZX-6R, ZX-10R, atau sekalian aja Kawasaki Ninja H-2 yang secara kebetulan juga di Indonesia ini, salah satu pemiliknya adalah anggota klub motor nasional tempat saya bernaung. Pose saya dengan Ducati Monster adalah sebuah satir yang saya maksudkan bahwa para pemakai motor gede nan mahal, termasuk Ninja seri gede justru bukanlah tipe2 riders murahan yang seenaknya memandang rendah orang lain.

      Ketiga, biasanya orang yang tersinggung membaca tulisan saya ini adalah orang2 (mungkin Ninjers) yang berfikiran dangkal yang justru memang membuktikan bahwa mereka berselera rendahan, egois, menyepelekan riders dan motor lain, menganggap rendah lawan jenis (termasuk pasangannya).

      Hapus
  8. Saya setuju ama .om cecen .rendah hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kan udah revolusi mental, masa Ninjers gak berubah?!

      Hapus
  9. Ninja cuma 50 juta, gak pantes di banggain (belagu di jalanan). Ninja 250 di luar negeri cuma 'minibike', karna mayoritas klub motor di sana rata2 600cc ke atas. Setiap gue ketemu ninja gak pernah sekalipun di bikin panas (di geber2), mungkin karna sehari-hari gue bawa panigale. Bahkan tukang bakso di rumah gue bawa rombong baksonya pake ninja 250. Jadi pikir2 dulu lah kalo mau gaya2an pake motor 250an (bukan cuma ninja). Salam damai!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, Kawasaki Ninja cuma contohnya aja, Brother, karena kebetulan saya juga besut motor itu. Sebenarnya apapun jenis motornya, kita perlu lebih bijaksana di jalanan umum.

      Terima kasih.

      Hapus
  10. Ikutan sedikit komen ...Slm kenal,Brad...ane dari MSO(MotorSport Organization) Jakbar...opini gw,ini very nice thread.Gw bukan anak ninja,tp pernah pk ninja (150R),pernah pake TZM,Megelli 250R,RXZ,RZR..n skrg (alhamdulillah,walo belum kebeli lagi Ninja) cukup puas nunggangin kuda besi Suzuki Lawas-FXR 150R.Pastinya motor 'lelet' dimata rider ninja...tapi poin memandang smua pengendara punya hak n kewajiban yg sama,ane setuju bgt.Buat ane ada 3 kategori pengendara: 1.Biker(pengendara kebanyakan/umum),naek level berikutnya 2.Rider(udah hrs berfikir lebih dewasa) & yg terakhir 3.Racer(yg punya'skill'& attitude buagusss banget)...nah which 1 r u,Mas & Mbak Bro ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, terima kasih udah support ane, Bro Yogi! Senengnya kalo masih ada bikers yang menjunjung tinggi safety ride dan tata krama antar sesama pengguna jalan.

      Kalo dibedakan menjadi 3 kategori itu, saya lebih senang dibilang rider, soalnya menurut saya, racer harusnya cuma ada di sirkuit.

      Hapus
    2. Apalagi saya yang cuma mantan pengguna Thunder 250. motor lelet, boros, part susah dan mahal. Wakakakaka.
      Yang taunya cuma naek motor itu enak. Naek motor itu bisa ngilangin stress. Naek motor itu ya buat dinikmati. Hahahaha.

      Hapus
    3. Emang harusnya begitu, Bro!
      Naek motor itu harus nyaman, nikmat, selamat.
      Hehe...!!!

      Hapus
  11. saya sangat setuju sm bro cecen..
    salam kami NFC (Ninja Fans Club) Chapter batu-malang..
    salam damai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Bro Agus!
      Nitip salam juga sama teman2 NFC chapter Batu-Malang.

      Hapus
  12. Bikin kalimat lain om " Lo belum pembalap ninja kalo belum pernah nge drag dengan kunci stang"

    BalasHapus
  13. klo kendaraan limitide edition, boleh lah qt bangga krn hnya bbrp orng aja yg punya... tp klo bnyk yg make g thu dah apa sbnrnya yg mrk banggain... Salam satu aspal... wlw gw pnya motor klas motor jepang, ane lbh respect n salut sma ank vespa... kebersamaan n solidaritasnya itu yg gw bangga dr mereka... jadul tp artistik

    BalasHapus

Posting Komentar

Setiap bentuk penyalinan (copying) blog ini harus menyertakan link/URL asli dari Blog CECEN CORE.

Postingan populer dari blog ini

Hours: Film Terakhir Paul Walker yang Menginspirasi Ayah; Sebuah Resensi

Cerita Liburan Long Weekend di Kota Bandung Bersama Keluarga

Pengalaman Liburan ke Ancol dan Menginap di Discovery Hotel and Convention