Matur Nuwun, Suroboyo! Sampurasun, Bandung!

Jumat malam, 2 September 2022. Saya dan istri baru saja merebahkan diri di kasur empuk di kamar tidur kami, berharap ingin melepas sejenak penat setelah berkutat dengan tumpukan Surat Perintah Membayar (SPM) yang dari pagi hingga sore hari harus segera diproses, ditambah dengan tugas tambahan saya sebagai pengelola kehumasan dan content creator untuk media sosial tempat saya bekerja, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya II. Baru juga mengaktifkan smartphone untuk membaca ringkasan berita ekonomi dan investasi yang selalu muncul di timeline browser, ketika istri saya tiba-tiba berkata sambil setengah berteriak, "Hah, ada SK mutasi!"

Tempat tugas saya di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang memang menerapkan kebijakan "bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI" kepada pegawainya sering kali membuat topik sensitif semacam mutasi dan promosi menjadi hal yang unik dan selalu sukses membuat jantung 'dag-dig-dug' cemas. Tak harus cemas sih, karena bagi beberapa orang, justru SK mutasi dianggap sebagai 'Satrio Piningit" yang akan membawa keadilan bagi mereka dan mendatangkan kebahagiaan (biasanya sih karena sebelumnya mereka telah ditempatkan di daerah yang tidak sesuai dengan ekspektasi, atau sedang ditugaskan di remote area).

Baca juga: Sebuah Catatan Kecil Tentang Keluarga

Namun bagi saya yang telah bertugas di Surabaya yang juga merupakan kampung halaman keluarga besar, tentunya kabar SK mutasi sukses membuat shock. Padahal saya baru saja menikmati masa bertugas di dekat keluarga, setelah sebelumnya sekitar 15 tahun saya ditugaskan di luar pulau Jawa, ditambah lagi saat bertugas di Surabaya saya belum puas karena kemesraan saya dengan kota terbesar kedua di Indonesia ini harus diganggu oleh pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Baca Juga: Jika Pandemi Covid-19 Berakhir

Benar saja, ketika saya mengecek satu-persatu nama-nama yang muncul di SK mutasi, nama saya pun muncul. Saya dipindahtugaskan ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPb) Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Kota Bandung—tempat yang juga menjadi lokasi Museum Perbendaharaan berada.


Arisandy Joan Hardiputra - Museum Perbendaharaan


Antara senang, sedih, dan sedikit cemas sih. Sedih karena saya harus meninggalkan Kota Surabaya yang berarti saya harus kembali menjauh dari keluarga. Senang karena memang Bandung adalah kota pilihan saya apabila saya dimutasikan—saya hanya tak menyangka akan secepat ini. Sedikit cemas karena sebelumnya saya belum pernah ditugaskan di Kanwil DJPb. Terakhir kali saya bertugas di Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Utara adalah sekitar tahun 2008, itu pun bertugas di Bagian Umum—seringnya menyiapkan bahan presentasi untuk Kepala Kanwil karena saat itu saya ditunjuk khusus sebagai asistennya. Saya belum tahu apa saja tugas-tugas pokok di Kanwil DJPb.

Namun tugas adalah amanah. Mutasi adalah sebuah hal biasa. Sejatinya perubahan adalah sebuah keniscayaan dalam hidup. Seperti apa yang pernah dikemukakan oleh seorang filsuf Yunani, Heraclitus: "Tak ada yang abadi di dunia kecuali perubahan." Apalagi bertugas di Kemenkeu yang selalu adaptif dan inovatif. Perubahan itu keniscayaan, termasuk pindah ke tempat baru, kota yang lain, bahkan pulau lain. Bertugas di Kemenkeu berarti menuntut kita untuk selalu cepat beradaptasi. Bukan hanya beradaptasi dengan mekanisme kerja, tetapi juga beradaptasi dengan perubahan-perubahan pola hidup, dan sebagainya.

Baca juga: Dari Abang Kembali Menjadi Mas

Apakah sedikit kecemasan ini menyurutkan motivasi saya? Jelas tidak! Malah setelah beberapa hari merenung dan berpikir, justru saya semakin tidak sabar memulai hidup baru bersama keluarga di Kota Bandung. Selalu ada sisi positif apabila kita mau menggali benak kita. Saya dipindahtugaskan ke Bandung karena suatu alasan. Merunut jejak saya selama hampir lima tahun bertugas di KPPN Surabaya II, serta menapaki berbagai prestasi yang telah kami torehkan bersama, sepertinya saya bisa menerima dan memahami kenapa saya dipindahkan ke Kota Bandung. Pastinya, saya akan memberikan kontribusi dan kemampuan saya yang terbaik, yang telah saya buktikan semasa masih bertugas di KPPN Surabaya II.

Baca juga: T.I.P.S. J.K., Prinsip Bekerja yang Berhasil Mengantarkan Saya Meraih Penghargaan Pegawai Berprestasi


Prioritas saya saat ini adalah segera menemukan tempat tinggal dan segera menyelesaikan proses perpindahan sekolah anak-anak, serta menyelesaikan administrasi kependudukan di Kota Bandung. Saya hanya bisa bertugas dengan tenang, menghasilkan karya terbaik, dan banyak berkontribusi apabila pikiran saya jernih, dan cara paling efektif untuk menjernihkan pikiran dan mengeluarkan potensi terbaik saya adalah dengan membawa keluarga lebih dekat. Bagaimanapun caranya, keluarga harus segera menyusul dan tinggal bersama lagi.

Arisandy Joan Hardiputra - Friezcen Family



Baca juga: Ketika Harus Tinggal Berjauhan (lagi) Dari Keluarga

Sedikit-banyak saya sebenarnya tidak terlalu asing dengan Kota Bandung karena pernah menempuh masa pendidikan singkat di Prodip I Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) di Cimahi antara tahun 2001-2002 silam. Bandung adalah tempat tujuan kami melepas penat saat akhir pekan masa itu. Jujur, saya langsung jatuh cinta dengan Kota Bandung dan berharap suatu saat bisa ikut merasakan tinggal di ibu kota Provinsi Jawa Barat ini. Bandung bukan hanya dikenal dengan keindahan arsitektur kotanya, atau hawa sejuknya, tapi juga keramahan warganya, dan tentu saja selera mode dan kreativitas anak-anak muda yang selalu membuat saya antusias. Lebih penting lagi, Bandung juga termasuk salah satu kota ramah anak di Indonesia—faktor pertimbangan terpenting bagi orang tua.

Sejatinya, kepindahan ini tak perlu disesali karena tempat baru berarti tantangan baru untuk ditaklukkan, teka-teki baru untuk dipecahkan, dan kebudayaan baru untuk diserap dan diilhami. Saya bersyukur telah diberikan kesempatan bisa mengabdi selama hampir lima tahun di Kota Surabaya—kota luar biasa, tempat keluarga besar saya berada. Sebuah tempat di mana saya merasa saya memang ditakdirkan untuk tinggal di sana, tempat saya merasa seperti di rumah sendiri.

Saya juga bersyukur akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berkarya di Kota Bandung, kota yang selalu menjadi favorit saya. Kota tempat di mana istri pun ingin sekali merasakan pengalaman tinggal. Kota yang tak pernah luput dari daftar kota wajib untuk dikunjungi saat liburan.

Baca juga: Cerita Liburan Long Weekend di Kota Bandung Bersama Keluarga

Selanjutnya, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Matur nuwun, Suroboyo atas segala kenangan, keramahan, dan kenyamanan. Sampurasun, Bandung! Izinkan saya yang berdarah Bonek ini mengabdi di Bumi Pasundan.

Hatur nuhun. Salam 1 Nyali, ... WANI!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

27 Oktober: Hari Blogger Nasional

Pengalaman Liburan ke Ancol dan Menginap di Discovery Hotel and Convention

Takdirmu Tidak Akan Melewatkanmu