Menggerakkan Literasi di Lingkungan Ditjen Perbendaharaan

"Tingkatkan Literasi Perbendaharaan Untuk Menggemakan Pembangunan", menjadi tema Hari Bakti Perbendaharaan Tahun 2018. Tema ini bagi saya sangat menarik karena mengusung kata literasi. Tentunya saya sangat akrab dengan istilah ini, mengingat saya relatif cukup lama berkecimpung di dunia literasi, khususnya jurnalistik dan blogging. Selain menarik, tentu saja tema itu menjadi sangat tepat mengingat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) sedang giat melaksanakan branding image (proses mengenalkan dan mendefinisikan identitas dan peranan organisasi kepada stakeholders dan/atau masyarakat).

Branding tak harus melulu tentang logo, semboyan, atau media visual lain, melainkan juga tentang ulasan atau liputan terkait produk terkait. Dalam hal ini, branding DJPb lebih menekankan pada tulisan/artikel seputar proses penyelenggaraan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kisah-kisah inspiratif para pegawai DJPb, dan peranan nyata DJPb dalam pembangunan, baik infrastruktur maupun kesejahteraan rakyat. Sehingga diharapkan DJPb akan makin dikenal dan meningkatkan value dan citra organisasi, bukan hanya di tingkat domestik, namun juga secara global.

Baca juga: KPPN Bukan Kantor Pelayanan Pajak Negara

Salah satu program dari tema tersebut adalah Program Perbendaharaan Menulis yang mewajibkan setiap pejabat eselon III dan IV untuk menulis minimal satu artikel setiap triwulan. Bagi individu yang tidak terbiasa menulis, tentu tantangan ini akan terasa berat, namun bukan sesuatu yang tak mungkin dilakukan. Menulis sesuatu yang bisa menginspirasi orang lain, khususnya tulisan tentang organisasi, tentunya harus banyak menggali preferensi dan referensi. Cara paling efektif adalah dengan membaca, mengamati, kemudian melakukan analisis. Maka secara tak langsung, Program Perbendaharaan Menulis juga meningkatkan kompetensi pejabat di lingkungan DJPb, khususnya di bidang literasi dan riset. Karena itu, evidence-based policy menjadi fundamental dalam penulisan karya tulis, khususnya jurnal ilmiah. Selain itu, melalui program ini, bakat dan/atau kemampuan menulis pejabat DJPb bisa tersalurkan. Tentunya banyak individu potensial yang memiliki kemampuan/bakat menulis di DJPb, hanya mungkin selama ini terkendala waktu dan keterbatasan sarana/media untuk menulis.

Baca juga: "Sing Penting Iso Dhisik...!!!" Sebuah Dorongan Untuk Terus Belajar

Bagi yang tak terbiasa menulis, sebaiknya memulai dengan tulisan yang tak memerlukan banyak proses analisis. Tema terbaik tentunya pengalaman pribadi selama bekerja di DJPb. Penulis hanya perlu menceritakan pengalamannya selama bekerja, misal di mana saja ia telah ditugaskan, apa suka dan duka selama penempatan, bagaimana hubungannya dengan keluarga saat bertugas, hubungan dengan kolega, atasan, dan/atau bawahan, kemudian kendala-kendala dan hal-hal konstruktif apa yang bisa dipelajari selama bertugas di tempat tersebut. Setelah memulai sebuah cerita, ide-ide akan mengalir dengan sendirinya. Tinggal bagaimana menyusun sebuah cerita dengan bahasa yang baku dan menarik, sistematis, dan runtut.

Untuk mempublikasikan sebuah karya tulis, tentunya perlu dibaca kembali oleh penulis, kali ini ia harus memposisikan dirinya sebagai orang lain, dalam hal ini sebagai pembaca. Apakah ada penulisan yang susah dimengerti, kalimat ambigu, dan sebagainya. Bila perlu, mintalah bantuan orang lain untuk membaca dan menilai kualitas tulisan Anda. Jika ada kejanggalan, maka lakukan penyuntingan seperlunya. Jadi, untuk melatih kemampuan jurnalistik, penulis harus mampu melakukan multiperan sebagai penulis, editor, dan sekaligus juga redaktur.

Baca juga: Pentingnya Literasi Digital di Era Kekinian

Dengan adanya Program Perbendaharaan Menulis, semoga masyarakat akan semakin memahami fungsi dan peran APBN; bagaimana peranan DJPb dalam mengelola APBN; apa saja inovasi dan prestasi yang telah dicapai; juga apa saja pengalaman suka dan duka menjadi pegawai DJPb. Bagi para insan DJPb, semoga bisa semakin melek literasi. Pada akhirnya, kegiatan literasi perbendaharaan akan menimbulkan citra dan kebanggaan tersendiri pada DJPb.

Selamat menulis!

Batch Reporter Treasury Indonesia Arisandy Joan Hardiputra



Catatan:

Penulis adalah pegawai DJPb, kini bertugas di KPPN Surabaya II, pernah mengikuti Diklat Jurnalistik tahun 2014, reporter Majalah Treasury Indonesia tahun 2015, dan hingga kini masih aktif menulis di blog pribadi, website kantor, media massa, dan Kompasiana, serta menjadi kontributor di beberapa website komunitas.


Tulisan lain yang terkait:

Apa Tujuanmu Menulis? (Menyambut Hari Blogger Nasional);

Komentar

Posting Komentar

Setiap bentuk penyalinan (copying) blog ini harus menyertakan link/URL asli dari Blog CECEN CORE.

Postingan populer dari blog ini

Cerita Liburan Long Weekend di Kota Bandung Bersama Keluarga

Seandainya Dahulu Saya ... (Sebuah Penyesalan)

Ada Cerita Dibalik Secangkir Kopi Lintong dan Bolu Labu di Omerta Koffie