Postingan

ASN Juga Harus Melek Keuangan Pribadi

Gambar
Pengelolaan keuangan pribadi pada individu yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) sepertinya belum menjadi topik diskusi yang lumrah pada interaksi sehari-hari, mengingat profesi ASN bisa dibilang sensitif terhadap hal-hal yang terkait dengan kekayaan. Seolah tabu apabila ASN berbicara tentang harta atau aset kekayaannya, atau ASN tidak boleh kaya, dan jika benar kaya, maka stigma hasil korupsi pun bisa saja melekat pada pribadinya. Padahal menyadari posisi atau kondisi keuangan di saat ini dan kemampuan menentukan tujuan keuangan di masa depan merupakan bentuk literasi keuangan yang paling dasar. Kedua hal tersebut dapat dicapai melalui keterbukaan informasi dan diskusi. Perlu diingat bahwa keterbukaan informasi tidak berarti pamer harta kekayaan atau flexing .  Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68%. Sementara indeks inklusi keuangan mencapai 85,10%. Artinya apa? Masy

Dunia Terbalik dan Panas di Bulan Agustus yang Hectic

Gambar
"Sadari sungguh-sungguh bahwa Saat Sekarang merupakan satu-satunya milik Anda. Jadikan Saat Sekarang sebagai fokus utama kehidupan Anda... Apa yang Anda rasakan sebagai berharga bukanlah waktu, tetapi satu titik di luar waktu, yaitu Saat Sekarang. Itu yang memang sangat berharga. Semakin Anda terfokus pada waktu—masa lalu atau masa depan—semakin Anda kehilangan Saat Sekarang, yaitu hal yang paling berharga... Hidup adalah Sekarang. Tidak pernah ada masa lalu dan masa depan ketika kehidupan Anda tidak berada pada Saat Sekarang...." Kutipan kalimat tersebut saya ambil dari buku The Power of Now , karya Eckhart Tolle . Buku itu mengajarkan pada kita untuk selalu berfokus pada saat ini, bukan pada masa lalu yang tidak bisa diubah, maupun masa depan yang belum tentu terjadi. Intinya bagus, kecuali banyak isinya yang menurut saya tidak logis, hanya bersifat teoritis, dan sepertinya hanya bisa diterapkan oleh manusia level "dewa" atau malah bajingan yang tak peduli pada ap

Keluarga Besar itu Bernama KPPN Surabaya 2

Gambar
  "Lingkungan kerja yang baik adalah lingkungan kerja yang memberikan kesempatan kepada setiap pegawainya untuk menghasilkan karya terbaik dan sekaligus mengembangkan potensinya." Sebelum memulai cerita pengalaman saya bersama Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya II, terlebih dahulu saya akan membawa Anda bernostalgia ke pertengahan Januari tahun 2018. Saat itu nama saya muncul di Surat Keputusan (SK) mutasi dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb). SK tersebut mengakhiri masa tugas saya setelah sekitar lima tahun menjadi bagian dari KPPN Banda Aceh. "Selamat ya, Bang! Abang pulang kampung ke Surabaya. Pasti senanglah Abang!" ujar salah satu rekan kerja junior saya saat itu. Kepindahan tugas saya ke KPPN Surabaya II banyak mendapatkan sambutan positif karena Surabaya adalah kota kelahiran kedua orang tua sekaligus tempat keluarga besar saya berada. Selain itu saya sebelumnya telah menghabiskan 15 tahun masa pengabdian saya di pul

Matur Nuwun, Suroboyo! Sampurasun, Bandung!

Gambar
Jumat malam, 2 September 2022. Saya dan istri baru saja merebahkan diri di kasur empuk di kamar tidur kami, berharap ingin melepas sejenak penat setelah berkutat dengan tumpukan Surat Perintah Membayar (SPM) yang dari pagi hingga sore hari harus segera diproses, ditambah dengan tugas tambahan saya sebagai pengelola kehumasan dan content creator untuk media sosial tempat saya bekerja, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Surabaya II . Baru juga mengaktifkan smartphone untuk membaca ringkasan berita ekonomi dan investasi yang selalu muncul di timeline browser , ketika istri saya tiba-tiba berkata sambil setengah berteriak, "Hah, ada SK mutasi!" Tempat tugas saya di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang memang menerapkan kebijakan "bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI" kepada pegawainya sering kali membuat topik sensitif semacam mutasi dan promosi menjadi hal yang unik dan selalu sukses membuat jantung 'dag-dig-dug' cemas. Tak harus cemas si

Seandainya Dahulu Saya ... (Sebuah Penyesalan)

Gambar
Manusia itu banyak kekurangannya, dan tak ada satupun yang sempurna. Tidak asing dengan kalimat itu kan?! Entah kenapa, belakangan ini kalimat itu sering muncul di benak saya. Tidak sampai mengganggu, cukup untuk dijadikan bahan renungan saja. Setiap orang memiliki kekurangannya masing-masing, meskipun terkadang karena adanya perasaan terlalu kagum/terlalu cinta/terlalu sayang/fanatik/terlalu percaya, kekurangan orang seringkali tidak nampak di mata kita atau kita sendiri yang membutakan diri akibat terlalu banyak menggunakan hati ketimbang logika. Bagaimanapun, yang namanya "Terlalu" alias berlebihan memang tak baik, bukan?! Jika sudah "Terlalu" kemudian ternyata sosok yang kita banggakan/kita cintai/kita kagumi/kita percayai tidak sesuai dengan bayangan atau impian kita, maka muncullah yang namanya penyesalan. Penyesalan itu sesuatu yang wajar sebagai manusia yang tak sempurna. Baru menjadi masalah saat penyesalan itu seringkali muncul. Terkadang sampai mengganggu